Quantum

06.17

quantum energy they said

where people
stay exactly the same
their looks
their nature
their surrounding
one thing that make difference
their fate


Juni, 2020

People

03.42

Everyone is at risk
anyone can be

and what if
out of thousand of people 
you are the one
with high possibility
to get worse

Its okay
as what you pray
as what you want



Mei, 2020

Bye Ramadhan

00.18

Satu bulan yang berarti
yang mengubah siklus waktu disaat pandemi
yang membuat siang ku berseri-seri
dan malam ku cepat mengakhiri hari

Sampai jumpa ramadhan

Semoga kelak
tahun ini kau meninggalkan jejak
agar aku semakin berakhlak



Mei, 2020

Fear

07.55


Sewaktu kecil, orangtuaku selalu mengajakku ke Ancol setiap pergi ke Jakarta. Pergi ke Ancol, tepatnya Dufan, sudah layaknya agenda wajib yang tak boleh dilewatkan bagi aku dan adikku, Affan. 

Setiap kali pergi, aku selalu merasa itu adalah pengalaman pertama dan tidak pernah kesana sebelumnya. Sehingga sudah sewajarnya aku terlampau bersemangat.

Beberapa wahana yang sudah menjadi andalanku; komedi putar, bianglala, rumah boneka.
Itu yang kubayang-bayangkan sebelum datang.

Tapi saat sudah tiba disana, aku belajar bahwa dunia bukan tentang fantasi belaka.
Aku senang tapi disaat bersamaan bergidik ngeri tiap melihat Hysteria, Kora-kora, Niagara-gara, Rollercoaster Halilintar, dimana teriakan dari orang-orang yang naik terus terdengar. 
Mengerikan, betapa aku hanya ingin bersenang-senang tanpa menghadapi ketakutanku akan ketinggian.

Lagipula, pikirku, mengapa orang-orang itu tetap menaiki wahana tersebut jika tahu mereka sendiri takut?

Mereka berteriak sampai seakan pita suara mereka pecah. 

Aku berkeliling bersama adikku, hingga akhirnya, Kak Juju, kakak sepupu yang turut ikut menjagaku mengajakku untuk naik rollercoaster kecil-kecilan. Walau terlihat kecil, pintasan landai yang ada itu cukup membuat mereka yang naik berteriak. Dan aku yakin aku tak akan beda dengan mereka. Aku melihat Mamaku, kepalanya mengangguk dan mengatakan bahwa aku pasti bisa menaikinya dan aku akan baik-baik saja. Pada awalnya aku menolak, namun ketika diukur tinggiku sudah melampaui syarat dan diperbolehkan untuk antri, aku memutuskan masuk. 

Roller coaster itu kecil, tapi tidak sekecil bagi seorang anak yang baru beberapa tahun melewati usia balita. Seperti perkiraanku, aku berteriak saat melewati bagian terlandai, teriakan yang setara dengan yang naik roller coaster besar, dan mungkin membuat anak kecil yang mengantri bertambah takut dan para orangtua heran. Tapi aku tidak peduli apa yang ada dipikiran orang. Sehingga selesai dengan roller coaster tersebut, aku menarik Kak Juju, dan mengantri lagi di wahana yang sama.

Bisa dihitung mungkin 5 kali aku menaikinya. Bukan berlangsung dalam waktu singkat karna antriannya sangat panjang mengingat saat itu adalah liburan sekolah. Mamaku sampai-sampai lelah, mengajakku pulang karna langit sudah mulai menggelap.

Selanjutnya aku pergi ke Dufan Ancol, hal yang sama terjadi lagi.

Kali ini adalah Niagara-gara. Sebuah wahana yang membuatku seolah-olah sedang menaiki perahu  dengan pelan hingga ketinggian 20 meter, dan diterjunkan secara cepat dalam waktu sepersekiandetik.

Aku bimbang luar biasa saat diajak untuk menaiki wahana ini. Tak ada dibayanganku akan menguji adrenalinku sendiri seberat ini.

Benar saja,

saat masuk kedalam perahu, aku deg-degan luar biasa. Aku merasakan raga ku perlahan-lahan dibawa naik dengan pelan, tapi aku tidak melihat apa-apa karna aku menutup mata.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah, 

jantungku rasanya mau lepas.

Aku diseluncurkan secara cepat dari ketinggian itu. Saking cepatnya, jantungku tidak sempat berdetak ketika itu terjadi.

Aku benar-benar tidak berdaya, bajuku telah basah dan arwahku masih ketinggalan di puncak ketinggian. 

Gila, aku tidak akan menaiki Niagara-gara itu lagi. Sesuai namanya, wahana itu membuat gara-gara!

Yang lebih gila lagi, saat aku pergi ke Dufan selanjutnya, aku telah memutuskan untuk menaiki wahana itu lagi dan bahkan bersiap-siap membawa baju ganti.

Aku takut, tapi kali ini aku mencoba membuka mata saat perahu menaiki puncak. Pemandangan indah kudapati, ketinggian 20 meter memang tidak dapat melihat pemandangan kota Jakarta, tapi setidaknya aku dapat melihat wahana lain disekitar KW-an Niagara Falls ini.

Blassss!

Semua terjadi tanpa sempat aku sadari. Yang kutau, bajuku basah. Dan aku ingin naik lagi.

Tak peduli antrian sepanjang apapun, Niagara-gara ini pada akhirnya aku naiki sebanyak 3 kali pada hari itu.

Ketagihan? Tidak juga.

Namun aku akhirnya mengerti, mengapa orang-orang tetap naik roller coaster walaupun mereka takut.

Karna yang namanya ketakutan itu harus dihadapi.

Sama ketika aku berlari ketakutan sewaktu kecil saat sebuah link di internet membawa aku membuka website hantu, membuat satu layar komputer itu hanya gambar hantu tersebut. Dan Mamaku, menarik tanganku dan adikku untuk duduk di depan komputer, menunjuk satu persatu ke setiap bagian wajahnya, "Coba lihat, Nak. Ini rambutnya dia pake wig, dia pake bedak, make up sampai mukanya keliatan hancur." Aku disuruh untuk melihat dengan detail. Hingga pikiranku pun terbuka. Orang itu benar-benar memakai make up hingga terlihat seperti hantu, membuat aku dan adikku yang awalnya takut setengah mati, pada akhirnya tertawa. 

Semakin lama berhadapan dengan apa yang kita takuti, kita akan mengerti, 
bahwa dalam ketakutan itu ada sebuah kelegaan yang tercipta,
ada sebuah kebaikan yang baru kita pahami.

Saat aku menaiki roller coaster kecil dan Niagara-gara, aku berteriak hingga beban yang ada di tubuhku hilang, batas teriakan antara ketakutan dan senang itu sudah tersamarkan, karna dalam ketakutan itu aku menemukan kenyataan bahwa aku tidak akan selalu bisa terjun dari ketinggian seperti itu dan aku harus mengulangnya lagi walaupun takut.

Sebuah trauma mungkin tidak bisa, namun sebuah ketakutan adalah sebuah proses yang terus berulang. Terjadi. Terjadi. Dan terjadi lagi.

Rasa takut mungkin tidak sepenuhnya hilang, 
sama ketika aku kadang bergidik ngeri saat melihat hamparan kota dari atas pesawat,
namun aku terbiasa, aku bisa melewatinya, dan seperti kata Mamaku,
aku baik-baik saja.




Jadi, kapan nih bisa naik roller coaster besar beneran?



Mei, 2020

(note as i passed the psychiatry; trauma, rasa takut, dan fobia adalah hal yang sungguh berbeda)

Creatures

15.30

Someone ever said this,
if you want to talk to Allah, pray
if you want to hear Allah’s words, recite Qur’an.

Its a good thing to recite Qur’an especially in Ramadhan, the month of Qur’an. You will get multiplied >100 times of good deeds by 1 arab alphabet. Its uncountable so lets just skip this and let Raqib and Atid calculate this. 

I always have a principle, that if i read something, i must understand the meaning. So because i dont understand Arabic, i need to read the Indonesia translation every time after reciting.

See, as i read, beside the last verse of Al-Mulk, i found another beautiful words that Allah said in Surah Al-Waqi’ah. Very beautiful.

“Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? Kamu kah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?
Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang, (sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian, bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun.”

Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?

Maka pernahkah kamu memperhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)? Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan? Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan berguna bagi musafir.

Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar”

Q.S. Al-Waqi’ah: 63-74

If you often read poems, you will clearly understand why these verse are beautiful (the translation is already this beautiful, imagine how the Arabian found this a lot more beautiful). I’m sorry i have no other words to say other than beautiful bcs its the only perfect words to describe something that very ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️. Of course, we agreed that Qur’an is not a poem. But.. in these verse, Allah show us, taking example of one of His creatures, and asking us that are we able to create that? 

We do think we can invent robot that act like a human, also a big luxury ship as Titanic that the captain said no one can beat this even God himself couldn’t sink that ship (and sink in a tragic way). It shows us how helpless we are. Even a simple thing, a thing as the water that we drink, we cant create that.

Why? Because its Allah’s. Allah create that. And he is unbeatable.
Just as you look at the sky, do you think who in the world can create that beautiful view with unlimited sight?


Subhanallah,
Glory be to Allah.


April, 2020

Mudik

01.12

Semenjak kemarin
aku berpikir keras
hingga otakku rasanya mau meledak
apakah sekiranya
ada kemungkinan 
perbedaan antara mudik dan pulang kampung
yang telah kulewatkan?

Pikiran logisku tak bisa berkompromi
rakyat kah yang tak dapat memahami
atau kata-kata presiden kita yang tak bisa ditandingi?


April, 2020

Korona

05.27

Sewaktu
virus korona
merona

merana


Maret, 2020