Lesson

02.02

Semua ini berawal dari Abah yang lupa membawa bekal yang sudah disediakan Mamaku.


Mama datang kepadaku dan menyampaikan daripada makanan yang sudah Mama buat tidak dimakan, mending dikasih ke anak jalanan saja. Iya, beserta kotak bekal dan sendoknya.

Jadilah setelah selesai urusan di kampus, aku mengarahkan mobil ke simpang lembuswana, tempat dimana banyak anak2 jalanan yang berjualan. Kupanggil satu anak yang membawa jualan kacang. Aku tanya berapa satu, dia menjawab “Sepuluh ribu dapat tiga.” 

Tapi itu hanya akal-akalanku saja. Karna selanjutnya aku memberikan selembar uang 10 ribu tanpa mengambil kacang tersebut beserta menyerahkan kotak bekal. “Terima kasih mba,” kata anak itu dengan muka yang datar.

Aku menjawab sama-sama. Like, ya udah. Oke. Jadi aku sudah melaksanakan amanah Mama hari ini, dan aku juga berbuat kebaikan hari ini.

Awalnya hanya itu.

Sudah.

Tuntas.

Tapi tebak apa yang terjadi hingga aku perlu menuliskannya di blog ini?

Yang terjadi selanjutnya adalah, anak itu berbalik, mengangkat kotak bekal yang aku kasih dan menunjukkan kepada teman-temannya dengan senyum yang sumrigah. Wajah bahagianya tak bisa kudeskripsikan. But seriously, aku gak pernah melihat seseorang sebahagia itu mendapatkan makanan bahkan tanpa tau isinya apa. 

Ya Allah aku mau nangis.

Ternyata sebegitu berharganya sebuah makan buat mereka?

Anak itu langsung menyebrang jalan 

Alhamdulillah

00.34

Alhamdulillah for everything that happened.

Alhamdulillah.

Hari ini, tanggal 5 November 2018 untuk pertama kalinya aku mengucapkan rasa syukur dengan sangat teramat ikhlas untuk hal ini.

Pada akhirnya aku pun tersadar,
bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini ada hikmahnya. Bahkan meskipun itu hal terburuk sekalipun, yang hingga bertahun-tahun masih menempel dalam ingatan.

Ada hikmahnya.

Alhamdulillah atas yang terjadi.
Alhamdulillah telah dipisahkan.

Alhamdulillah.

Red Queen

07.55

Awalnya aku cuma iseng ke gramedia untuk mengisi waktu kosong diantara sebuah kegiatan. Baca-baca aja meskipun gak beli wkwkwk menjadikan gramedia sebagai perpustakaan dan perpustakaan sebagai gramedia (tidak pernah tidak denda) :))

Sebuah dorongan membuat aku melihat sinopsis dari buku yang berjudul Red Queen. Dari sepenglihatanku, buku ini terdapat 3 series. Terus pas baca sinopsisnya, akhirnya tertarik buat memangku kaki dan membaca hingga 15 lembar. And at that time, i was like... Aku harus beli buku ini. Tiga-tiganya sekaligus. You know ketika kamu membaca sebuah buku, 20 halaman awal adalah penentu apakah cerita ini menarik atau tidak. That's why seorang penulis mostly terbebani untuk membangun kata-kata yang pas atau plot yang menarik di awal cerita (atau bahkan langsung menyelipkan titik permasalahan yang tentunya menggantung untuk menarik perhatian pembaca).

Oke, pada akhirnya keesokan malamnya aku mengajak Abah ke gramedia karna aku sudah tidak bisa membendung rasa penasaranku terhadap cerita ini. As i said di post sebelumnya, i'm very interested untuk cerita berlatar belakang kerajaan, and here i am, here i am.


Buku pertamanya berjudul Red Queen, jadi inti cerita ini adalah perbedaan tatanan sosial yang membuat salah satu kaum geram dan akhirnya melakukan pemberontakan. Dalam cerita ini dikisahkan bahwa manusia dibagi berdasarkan warna darahnya, darah merah disebut kaum Merah, darah perak disebut kaum Perak. Ini bener-bener secara harfiah ya, jadi kalo tangan diiris ya keluarnya darah perak, pipi bersemu ya berwarna perak (ini bagian terlucu untuk dibayangkan wkwk).

Nah, kaum Perak ini adalah kaum yang paling berkuasa. Hidupnya mostly berkelimpahan kemewahan, berkuasa di kerajaan, dan yang teristimewa: mereka memiliki kemampuan khusus. Seperti contohnya sang raja yang bisa mengendalikan api, ratu yang pembisik (bisa membedah dan mengendalikan pikiran orang), ada juga yang bisa mengendalikan air (nymph), magnetron, peredam kemampuan (arven) dan masiiihhhh banyak lagi. 

Berkebalikan dengan kaum Perak, kaum Merah ini miskin, terpuruk, terbelakang. Boro-boro punya kemampuan khusus, buat makan aja gak ada uang sampe mencuri. Biasanya mereka hanya menjadi pelayan di istana, bagi kaum Merah yang gak punya pekerjaan sampai umur 18 tahun akan dikirimkan ke medan perang untuk bertempur.

Kentara banget kan bedanya? 

One day, seorang yang bernama Mare Barrow dari kaum Merah direkrut untuk menjadi pelayan di istana. Saat bertepatan dengan Pesta Pemilihan Ratu ketika klan terkemuka menunjukkan kemampuan putrinya masing-masing agar pantas disandingkan dengan pangeran, Mare "terpleset" ke dalam arena. Dan yang membuat semua orang terkejut, tiba-tiba dia mengeluarkan petir. 

Nah loh, Mare kan kaum Merah, kok dia punya kemampuan khusus mengeluarkan petir?

That's where the story started. 

Untuk menutupi kebingungan orang-orang, identitas Mare dimanipulasi oleh raja dan ratu, dan dia diangkat menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Kesempatan menginvasi ke istana inilah yang digunakan Mare untuk melakukan rencana pemberontakan bersama organisasi Barisan Merah.

Plis ini kalo gak ditutup sekarang juga bakal menceritakan sampe buku ketiga beserta spoiler-spoilernya wkwkwk 

Ini serius pokoknya baca bukunya yang ampe 600-700 halaman itu gak kerasa :") aku aja yang buku pertama selesai dalam dua hari. Barusan selesai baca buku ketiga, DAN AKU BARU TAU KALO TERNYATA ADA BUKU KEEMPAT. Aku kira ini trilogi kan soalnya di gramed cuma ada tiga, terus pas buka google astagfirullahaladzim ternyata ada yang keempat alias War Storm. Pantes kok ini udah mau lembar-lembar terakhir tapi masalahnya belum tuntas. Besok aku ke gramedia pokoknya terus kalo gak ada langsung beli online, aku gak bisa menahan ini semua.

Cerita ini keren banget guys pokoknya keren yang keren banget. Kalian gak bakal nyangka jalan ceritanya gimana karna saking plot twistnya :)))))) Aduh ya Allah mau nangis saking kerennya huhuhuhu

Seri dystopian lain kalah deh pokoknya :")))))) 

Pergerakan bawah tanah mereka itu loh yang oke banget, politik, militer, tak tik strategi yang dilayangkan, terus etiket kerajaan menjadi keseharian, dan kemampuan khusus mereka itu waduuuhhh.

Sumpah ya ini kalo jadi film okee bangettttttttt. Dari dua tahun lalu dibilang working on the movie tapi sampe sekarang kok belum adaaaaaa.

Kalo mereka udah bertarung dengan kemampuan masing-masing, yaampun aku bisa membayangkannya T_____T dari semua kemampuan yang dimiliki kaum Perak dan Darah Baru, yang paling aku inginkan adalah....


Eng ing eng


ADA WALLACE!!!

Dia itu bisa mengingat semua yang dia baca, semua yang dia dengar dan lihat. Pokoknya cerdas banget yang sekali baca buku langsung nemplok. Yang kalo baca panduan mengendarai pesawat jet langsung bisa jadi pilotnya. Liat sebuah kerumunan bisa langsung tau itu jumlahnya ada berapa orang. Subhanallah walhamdulillah inginku punya kemampuan demikian untuk mengingat guyton, sobotta, de jong, dan nelson. Baca buku bedah langsung ahli kali ya di meja operasi. Ugh, sayangnya ini hanya fiktif belaka wkwkwkwk karna sesungguhnya kemampuan yang lain itu gak perlu guys, mengendalikan api, petir, dll itu cuma bikin orang terbunuh. Otak > otot.

Terus...

Yang bikin aku pengen banget liat movienya itu adalah...

Kalo kaum Perak udah mengadakan pesta itu... pasti wah banget. Setiap perempuan diklan-klannya menggunakan gaun yang okeee banget dan warnanya mempresentasikan klan masing-masing!

ini sampe ngesearch sendiri dong foto-foto gaun, terinspirasi dari authornya. huhuhu anggun sekali :(

Untuk karakternya as expected, Mare, Maven, dan Cal gak bisa aku visualisasikan. Bentuk mereka ada didalam bayanganku, tapi aku gak bisa menunjuk artis tertentu sebagai wajah mereka. Kalo dijadiin film plis tolong yang Maven sesuai dengan deskripsi dibukunya, jangan dimacem-macemin. Kalo Cal gakpapa, terserah aja wkwkwk

Meanwhile, buat pemeran pendukungnya. Aku membayangkan visual mereka dengan seseorang yang aku ketahui. 


Emilija Baranac as Evangeline Samos. Entah kenapa rasanya pas aja gitu muka dia sebagai calon ratu yang jahat. Mungkin karna perannya sebagai Genevieve jadinya kesan mengintimidasi itu gak terlepas dari wajahnya. Dalam karakternya, Evangeline itu adalah sosok yang kuat dan telah dipersiapkan untuk menjadi calon ratu semenjak kecil. Dia sudah diajarkan bertarung, menguasai kemampuannya hingga kelevel maksimal. Sehingga gak heran dia melakukan apa saja untuk meraih yang dia inginkan.


Nat Wolff as Kilorn Warren. Waktu baca deskripsinya si Kilorn yang anak desa, pekerjaan nelayan, gak berdaya, seketika wajah Nat Wolff langsung muncul diotak aku. Mungkin mukanya emang muka-muka minta dikasihani kali ya wkwkwk aku berharap banget dia yang jadi Kilorn, sahabatnya Mare yang membantu perjuangan Mare dengan Barisan Merah. Best friend forever deh pokoknya dia sama Mare. 

And lastly... 

Setiap cerita ada pembumbunya. Dan pembumbunya ini manis asin pait asin guys. Pokoknya apapun yang terjadi aku mendukung Mare dan Maven. Cal itu siapa ya mohon maaf (setelah ini spoiler) mengkhianati perjanjian dengan Barisan Merah dan Mare setelah mendapat kesempatan untuk merebut takhta, haduuhhh gak banget sorry. 

i thought i'm all alone one until i read this :")

Sebagai penutup, aku menceritakan buku ini kepada Abah dan Abah bilang tiga buku ini disusun di rak berdampingan agar tidak terpisah. Yup! Aku tak akan memisahkan ketiganya kepada siapapun.

Here it is, me with series terbaik sepanjang masa setelah Harry Potter.

aku sayang banget buku ini. sayang sayang yang sayang banget.


Tertanda, 

Amalia dari Klan Aswin.

Impaksi

01.23

Bagi kalian yang berumur 17-25 tahun, waspadalah, karna sesuatu akan muncul dan kemungkinan, bisa mengganggu ketentraman hidup kalian.

Sekitar dua bulan lalu, dokter gigi kawat aku menemukan hal yang menjanggal. Struktur gigiku yang sudah normal tiba-tiba berubah. Rupanya, setelah dilihat dengan baik, gigi bungsu alias gigi terakhirku sudah muncul kepermukaan dan kehadirannya membuat gigi bawahku mendesak ke depan. Kata dokter gigiku, ini impaksi. Tumbuhnya abnormal alias miring, jika dia muncul lebih ke permukaan lagi, maka makanan akan semakin mudah menyangkut dan menimbulkan infeksi. Kehadirannya pun akan menyebabkan nyeri yang luar biasa. Impaksi ini juga dialami oleh Abah, Mama, Kak Akbar dan Kak Dede. Iya, struktur gigi yang seperti ini utamanya adalah faktor genetis. Dan tak heran, itu juga terjadi padaku. 


Setelah mendengar pencabutan keempat gigi bungsu itu harus dibius total, aku pun melupakannya sejenak. Karna, siapa sih yang mau sakit gigi dan gak bisa makan yang enak-enak? Tapi sayangnya, dalam proses penundaanku, nyeri itu mulai muncul. Gigiku terasa gemertak-gemertak (ini gimana sih ya bahasainnya, pokoknya begitu deh), rasanya tuh kayak apa yah, ditarik-tarik? Aduh pokoknya, saat itu aku sadar, it's time to take these thing out. Sebelum nanti sibuk dan terlanjur infeksi. Kelebihanku dibanding Abah, Mama, dan saudaraku yang lain, kejanggalan ini udah di spot secara dini, jadi berbeda dengan mereka yang benar-benar udah infeksi banget baru dioperasi. (dear Affan, watchout)

Jadilah, pada tanggal 17 September masuk rumah sakit untuk operasi. Kini pertama kalinya setelah sekian lama aku masuk rumah sakit untuk diopname -selama ini terus berjuang untuk menghindari tipes. Masuk ke Instalasi Bedah Sentral pertama kali sebagai pasien, melihat dokter dan perawat yang mondar mandir di ruang OK, dan obat bius yang dimasukan melalui suntikan dan inhalasi.

Surah Al-Ikhlas yang aku terus bacakan saat itu tidak terselesaikan. Karna detik berikutnya aku tertidur. Aku terlelap. Aku tak tau dimana.

Dua jam berikutnya ketika aku sadar, aku telah berada bersama perawat dan Mama serta Abah disamping untuk mendorong tempat tidurku ke kamar rawat inap.

Mama memanggil-manggil namaku, lalu menyebutkan makanan kesukaanku.

"Nak, nak? Amel? Mau bubble? Mau bubble?" Aku yang tak berdaya kala itu mengangguk.

Mama kemudian melanjutkan deretan makanan kesukaanku yang kubalas dengan mengangguk, lalu Mama dan Abah tertawa. Aku gak bisa membuka mata, tapi aku mendengar apa yang mereka bicarakan.

Jadi begitu ya rasanya dibius total? Pengalaman luar biasa loh ini hahaha

6 jam setelah sadar, aku masih belum dibolehkan menggunakan bantal. Tapi aku mau bangun, aku mau nonton film. Abah sudah secara spesial mendownloadkan film-film yang ada di list-to-watch aku dan memasukannya ke flashdisk untuk dipasang di TV kamar rawat inap. Mama bilang ke Abah kalo anaknya ini sama kayak Abah, suka nonton film.


Aku menonton film Coco, film animasi yang menceritakan tentang keluarga. Lalu kemudian aku lanjutkan dengan Allegiant. Sayangnya, film yang memerlukan otak untuk berpikir itu agak sulit bagiku. Entah kenapa, aku jadi gak bisa mencerna film tersebut. Esoknya juga, ketika aku mencoba film lain, aku masih belum bisa mencerna perpindahan cepat yang ada, efek bius salah satunya seperti itu bagiku.

Akhirnya, esok hari aku memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku. Aku senang membaca buku di RS, karna tempat tidurnya bisa ditegakkan, jadi aku gak repot-repot harus menumpuk bantal agar posisinya ergonomis.


Ada satu hal yang bikin aku benar-benar gak nyaman selain operasi, yaitu...

(Amalia Aswin dan Maydita Amalina telah sepakat dalam hal ini)

Injeksi antibiotik dan anti nyeri.

Ya Allah luar biasa sih sakitnya, khususnya yang antibiotik :) Lebih sakit injeksi antibiotiknya daripada giginya. Rasanya kayak dunia tuh mau berakhir aja dan tangan mau putus. Ini sebagai pengingatku dikemudian hari untuk memperlakukan pasien sebaik mungkin, karna pemberian obat ke mereka saja sudah sakit, jangan sampai lebih menyakitkan lebih lagi dengan perlakuan yang tidak ramah.

Beberapa hari setelahnya, hari-hariku dijalani dengan tidak berdaya hahaha lemas, cuma bisa baca buku, ada satu hari aku bisa menyelesaikan 3 buku saking kerjaannya cuma baca dan baca terus. Mama rutin membuatkanku bubur, dan yang membuatku terharu, Mama juga membuatkan jus sesuai permintaanku. Jus melon atau pepaya, yang disaring, karna aku gak bisa mengunyah meskipun itu hanya serat.


Alhamdulillah sekarang aku sudah agak pulihan, meskipun lidah masih terasa licin dan rasanya kayak mau putus, gak bisa merasakan makanan, setiap yang dimakan harus dipotong kecil-kecil, sakit saat berbicara dan menelan, dan gigi terasa nyeri luar biasa, badan aku udah gak selemas kemarin. Aku juga meminimalisir penggunaan anti nyeri, kalo udah bener-bener gak tahan, baru minum. Karna efeknya terhadap lambung aku sungguh dahsyat meskipun diminum sesudah makan. Yah, ribet lah pokoknya. Kata Mama aku gak boleh kebanyakan mengeluh, harus bersyukur karna semakin hari semakin membaik.

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.

Alhamdulillah aku bisa bangun dari bius total.

Alhamdulillah gigi aku sudah dicabut.

Alhamdulillah aku sudah melewatinya.

Dan pesanku kepada diri sendiri, bersyukurlah kalo kamu udah bisa makan dengan enak nanti. Udah gak merasakan sakit gigi bahkan saat tak melakukan apa-apa, sakit lidah saat mengunyah, dan sakit leher saat menelan. Kalau kamu udah gak tau lagi apa yang pantas disyukuri, bisa makan tanpa kesusahan itu udah nikmat yang luar biasa. Bisa merasakan manis, asin, asam, pedes. Ya allah sekarang aja nyentuhin ujung sendok ke air sambel udah bikin lidah menari. Bersyukurlah, bersyukur. Jangan terus mempertanyakan kenapa manusia harus makan tiga kali sehari karna kamu malas makan. Makan itu kebutuhan. Jadi saat kebutuhan itu terpenuhi, harus bersyukur. Oke?

Kingdom

05.04

Assalamualaikum warga dunia dan seisinya, ehehehe

Mau ceritain jadi sekarang aku tuh lagi suka banget sama cerita-cerita yang berkaitan sama kerajaan-kerajaan gitu. Bukan kerajaan majapahit dan sebagainya ya wkwkwk but lebih kayak yang kerajaan inggris dan era-era dimana kuasa masih berada di tangan raja.

Current obsession ini tercipta semenjak aku membaca buku pride & prejudice lagi huhuhuhu abad 19 dulu orangnya sopan-sopan, in a way manner is number one. Parah sih aku suka banget cara mereka berinteraksi dan menghormati satu sama lain, apalagi cara mereka menghormati seorang wanita. Did u know bahkan jaman dulu itu di inggris cewe yang berpakaian pendek dikategorikan sangat tidak sopan, meskipun mereka gak berjilbab, pakaian tetep harus panjang sampai ujung lutut. Terus cewe dan cowo itu meskipun suka satu sama lain tetep gak boleh berduaan sendiri, dan cewe kalo kemana-mana harus ada penjaganya, bahkan dua orang cewe yang naik kereta kuda bersama seorang kusir aja tetep dibilang gak pantas.

Merasa familier gak dengan aturan macam gitu??

Yes, because it is the way it should be!!


Pada jaman jahiliyah sebelum islam datang, kehidupan wanita itu sangat memprihatinkan. Kehadirannya dianggap layaknya sebuah kehinaan dan kenistaan. Jangankan menghormati wanita, baru lahir terus kedapetan anak perempuan aja langsung dikubur hidup-hidup.

Lalu datanglah islam yang memuliakan kedudukan wanita. Wanita ditinggikan derajatnya, diperlakukan seperti mahkota yang berharga. Wanita diharuskan mengenakan hijab dan gaun untuk menutupi seluruh tubuhnya, berperilaku sopan dan santun, membatasi pergaulan dengan laki-laki, dan sebagainya. Ajaran dalam islam mengenai fiqih wanita memang banyak, mengharuskan wanita mengenakan ini-itu, berperilaku seperti ini-itu, udah kayak peraturan istana aja ya wkwkwk strik dan ribet banget, tapi percayalah, itulah yang justru mengangkat derajatnya.

The point is, aku melihat banyak nilai-nilai keagamaan yang dulu ada justru pada era kerajaan. Cara mereka berinteraksi seperti yang aku bilang diatas, membuat aku bertanya-tanya, is it that pengaruh islam memang sampai kesana? Karna how they treat woman really right itu resemble banget sama islam. Oke ini penasaran banget jadi aku akan mencari tau sendiri.

Intinya, sekarang itu pergaulan antara laki-laki dan perempuan seperti tidak ada batas, dan merupakan kelaziman mereka berinteraksi ditempat yang berduaan aja (technically tiga, because yang satunya setan), wanita berpergian keluar kota sendiri juga dianggap biasa. Ada something yang bikin aku risih banget sampe aku mengunfollow sebuah akun. Ada seorang media influencer, dia suka travelling dan belakang itu suka berpergian 'sendiri', yang dimana maksudnya dia the only wanita disana. Waktu diingetin followersnya tentang hukum islam yang melarang wanita berpergian sendiri, dia marah-marah banget dong. Ya allah gak kuat aku bacanya, aku skip aja pokoknya biar gak bikin dosa. Cuma disini aku pengen kasih contoh, kadang kita selalu membenarkan apa yang sebenarnya salah, dan menyalahkan apa yang sebenarnya benar.

Aturan islam itu gak semestinya kayak, "Oh ini cocok bener nih, aku setuju."
"Lah, gak seharusnya gitu? Ini salah, seharusnya kita tuh blablabla."

Ketika gak sesuai sama asumsi kita,

lalu memperjuangkan hak wanita,

kemudian mengobarkan emansipasi wanita.

Ok, yes, we need it.

Bahkan islam aja gak ngelarang kita buat memperjuang hak wanita, but sometimes ada aturan-aturan yang gak bisa kita larang gitu aja. Iya, emang ribet, peraturan hidup wanita itu lebih rumit daripada laki-laki. Tapi peraturan-peraturan itulah yang memuliakan seorang wanita, yang mengangkat derajatnya.

Bayangkan aja kalo misalnya di jalan mau keluar negeri ada kejadian apa-apa. Terus gak ada muhrimnya, gimana? Sebagai seorang perempuan yang dilarang ayah dan ibunya berpergian keluar kota tanpa seorang muhrim, aku juga pernah merasakan sebal. Bayangkan aku aja pergi ke balikpapan yang jaraknya cuma memakan waktu 3 jam itu gak dibolehin kalo gak sama mama, atau sama om. Itu cuma contoh kecil, banyak planning trip yang akhirnya aku filter dengan sendirinya alias langsung menolak duluan karna udah tau gak bakal dibolehin. Kadang juga mikir, kenapa sih begini banget, kenapa gak dibolehin?

Lalu hidayah itu kutemukan setelah menonton film Taken.

(hidayah bisa ditemukan dimana saja termasuk film wkwkwk)

Buat yang belum nonton, nonton deh. Disitu kalian bakal tau kenapa orangtua tuh khawatir banget anak perempuannya jalan sendiri.

Hidup menyandang gelar sebagai wanita itu sangat istimewa. Bahkan bukan diri sendiri melainkan orangtua juga diistimewakan.

Ada sebuah hadist yang mengatakan:

"Siapa yang memiliki 3 anak perempuan, lalu dia bersabar, memberinya makan, minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka semuanya akan menjadi tameng dari neraka pada hari kiamat." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Karna sesungguhnya, mendidik seorang anak perempuan itu sulit. Makanya Allah istimewakan bagi orangtua yang punya anak perempuan sampe banyak. Ya Allah, semoga mama dan abah meskipun anak perempuannya cuma aku, tidak menjadi beban bagi mereka di hari kiamat, dan diharamkan darah dan dagingnya dari api neraka Ya Allah, aamiin.

Jadii... conclusion dari semuanya adalah...

Membaca sebuah novel mengajarkan aku banyak hal dan pikiran jadi kemana-mana hahaha #yaemang

Action Bias

19.33

Have it ever cross your mind why we have tendencies to move rather than waiting?


It happens to me almost every time i across M. Yamin street to hospital. Why do i prefer went to small street like Voorvo rather than waiting at the traffic light in Lembuswana when actually if we measure the time that wasted is almost similar. Is it means that i'm a dynamic person that hardly to sit and wait as the second count down at the red light? Is the 'dynamic person' and 'static person' terms that created in my brain actually does exist?


As i read the book; The Art of Thinking Clearly written by Rolf Dobelli, i found out that i'm not alone.


There is a study comes from researcher Michael Bar-Eli who evaluated hundreds of penalty shoot-outs. In a penalty situation in soccer, the ball takes less than 0.3 seconds to travel from the player who kicks the ball to the goal. Goalkeeper, must take a decision before the ball is kicked. The possibilities is the same, soccer players who take penalty kicks shoot 1/3 middle of the goal, 1/3 right of the goal, and 1/3 left of the goal. Surely goalkeepers have spotted this, but guess what do they do? 


They dive either to the left or the right. Rarely do they stay standing in middle - even though roughly a third of all balls land there. 




This is what we called as action bias: look active, even if it achieves nothing.

The action bias exist even in the most educated circles. If a patient's illness cannot yet be diagnosed with certainty, and doctors must choose between intervening (prescribing something) or waiting and seeing, they are prone to taking action. 


Such decision have nothing to do with profiteering, but rather with the human tendency to want to do anything but sit and wait in the face of uncertainty.


It explain why we need medication when we have a flu or influenza. Flu is respiratory illness caused by a virus, something that no doctor or medicine on earth can make go away. Viruses must run their course, and most go away on their own after several days of suffering. But it's so hard to sit back, wait and do nothing when you are ill right? 


We want to fix the problem, see a doctor, take a pill, or do something to shorten the duration of illness.


When in fact, if you drink water and rest well, take any medicine or not, the flu will go away on its own in about 7 to 10 days.


So why do it happens in our daily life?


There is a saying that goes like this: although we, human, now value contemplation more highly, out right inaction remains a cardinal sin. You get no honour, no medal, no statue with your name on it if you make exactly the right decision by waiting—for the good of the company, the state, even humanity.


In new or shaky circumstances, we feel compelled to do something, anything. Afterward we feel better, even if we have made things worse by acting too quickly or too often.




However, even though it comes natural, we can still control it. It is not a sin if a situation is unclear, we stand inactivity, and hold back until we can asses our options. 



(Especially when it comes to take a medicine for flu—a medical student speaking)