2 Tahun Pun Tidak Sampai

23.10

We never value a moment until it is left.


Berawal dari "insiden" di kumpulkan di lab biologi hari itu, kita melewati masa SMA bersama. Rasanya sangat keren waktu itu, terpilih dari sekian puluh orang yang mendaftar di kelas spesial ini. Keputusanku memasuki kelas aksel sangat mantap. Meskipun ada yang merasa keberatan berada di kelas ini, sampai ada beberapa orang pada hari itu yang mengancungkan tangan untuk mengundurkan diri, tapi aku berterima kasih sampai saat ini mereka tetap bertahan dan berada di tengah-tengah kita. Meskipun ada juga satu orang yang berakhir dengan menyedihkan, ya sudahlah...

Selama 9 bulan kita habiskan waktu bersama di gedung lama Bhayangkara. Aku sangat ingat tempat itu. Lokasi yang sangat strategis, jauh dari keramaian, depan Lab Biologi, samping kelas XI IPS dan Ruang BK, dekat dengan kantin, dan dekat dengan toilet. Kelas itu pun jarang dilewati oleh guru-guru. Di depan kelas kita ada sofa yang sering kita gunakan untuk "nongkrong" bersama, kita pun berbagi sofa itu dengan anak IPS karena sofa itu bukan milik kita dan bukan milik mereka. Aku juga ingat, suatu hari Heldi dkk membawa masuk sofa berwarna coklat muda itu ke belakang kelas. Mereka gunakan untuk tidur-tiduran ketika guru tidak ada, alhasil dimarahin guru. Hahaha.

(Aku mempertanyakan dimana kehadiran sofa itu sekarang? Apakah ikut hancur rata dengan tanah bersama sekolah kita yang lama?)

Masih jelas diingatanku waktu-waktu pertama masuk aksel kita habiskan waktu bersama dengan menonton film, dengan itu kita menjalin keakraban. Juragan film yang laptopnya sering digunakan untuk menonton film, siapa lagi kalau bukan Yosia. Hahahaha.. Saat jam pelajaran kosong, maka bioskop pun dimulai. Pintu kelas ditutup, lampu dimatikan, dan sip, film pun diputar menggunakan LCD. Film-film itu mulai dari kartun, komedi, sampai yang horror. Yah seperti Final Destination, The Hunger Games, Paranormal Activity, dan film-film lain yang aku lupa judulnya tapi tetap saja kunikmati menontonnya. Sampai-sampai kakak kelas di sebelah, datang ke kelas kita buat nonton juga (saking ributnya kita nonton, hahaha). Dari semuanya, yang paling berkesan menurutku adalah film The Ring. Kita bener-bener nonton dari awal sampai habis. Film horror yang kocak itu membuat kita tertawa terbahak-bahak. Padahal bagian Ibu yang dikejar sama Tsamara didalam sumur itu bagian paling menegangkan, tapi kita malah ketawa. Hahahaha. Pokoknya seru deh kebersamaannya.

Ada lagi permainan yang sering kita mainkan selama di gedung lama. UNO. Permainan yang baru kuketahui cara bermainnya selama bersama kalian. Kadang kita main permainan itu sampai 2/3 kelas dengan membuat lingkaran yang gede. Selain itu, kita juga sering bermain Truth or Dare dibelakang kelas. Yah... permainan ini menjadi kesempatan memaksa orang untuk mengungkapkan perasaannya. Aku sering jadi sasaran waktu itu, dilempar dengan pertanyaan bertubi-tubi tentang perasaan hati. Hahahaha masa lalu...

Di gedung lama ini juga menjadi saksi mata semua dari kita menyanyikan lagu di depan kelas. Guru seni budaya kelas aksel pada saat itu adalah Bu Say (aku gak bisa mastiin tulisannya Bu Say atau Bu Sai). Aku menyanyikan lagunya Derby Romero - Tuhan Tolong. Alhamdulillah aku ada videonya kalian semua hahaha. Intinya, dari praktek menyanyi itu, ada yang suaranya bagus banget, biasa aja, fales (hahaha), gagal, malu-malu, suaranya yang enggak kedengaran, sampai ada yang nangis.

Praktek seni budaya bukan cuma itu. Sehabis menyanyi, kita disuruh praktek bikin pola menari dan menari tradisional dengan gerakan sendiri. Yang kuingat saat praktek itu, aku pernah merekam video bersama teman-temanku, dan aku menyuarakan "Katakan Tidak Pada Reynaldi, Katakan Tidak Pada Reynaldi" dengan kedua tanganku membuat bentuk silang, saat orang yang kusuarakan tepat disampingku. Hahahaha. Hai.

Satu lagi pelajaran yang berkesan, matematika trigonometri. Tak terhitung sudah berapa lembar yang kuhabiskan untuk menghapal rumus-rumus trigonometri itu. Saat Bu Dewi menerangkan, ada yang sampai bersila tepat didepan papan tulis untuk mencoba mengerti. Andaikan dulu saat pelajaran trigonometri itu adalah aku sekarang. Rumus trigonometri sudah luar kepala... Kalau sudah kelas 3, mungkin kalian akan mengatakan hal yang sama.

Tak lama setelah itu, kita ujian kenaikan kelas 2. Semester 1 kelas 2 hanya kita tempuh selama 4 bulan. Setelah itu kita ujian semester 3. Itu adalah ujian terakhir kita sebanyak 26 orang sekelas saat ujian berlangsung.

Dengan begitu berakhirlah tahun ajaran 2012/2013, kita meninggalkan gedung lama. Belajar di tempat itu untuk yang terakhir kalinya. Tempat itu sekarang sudah tidak ada, gedung yang telah berdiri sejak 59 tahun yang lalu itu hilang, rata dengan tanah. Tapi yang selama ini kutahu, memori yang telah terjadi di gedung bersejarah selama 1 tahun itu tidak pernah hilang sampai detik ini.

***

Semester 4 kita awali belajar di gedung baru Kadrie Oening. Aku dipilih jadi ketua kelas. Banyak hal yang berubah semenjak kepindahan kita kesini. Bukan hanya tempat belajarnya, tapi juga orang-orang didalamnya. Ada yang dulu polos berubah 180 derajat, yang dulu teman dan katanya hubungan kayak sodara menjadi hubungan tom and jerry, ada juga yang teman biasa aja menjadi sesuatu. Ea. 

3 Oktober, kalian dikagetkan dengan suatu berita yang membuat kalian heboh. Tidak percaya. Sampai membuka twitter ku dan Rey. Masih ingat?

Kebingungan kita tentang angkatan. Kita ini sebenarnya angkatan berapa? 59 atau 58? Atau 58 setengah? Ketika kita memakai jaket angkatan 58 berwarna abu-abu itu ke sekolah, dan ditatapi oleh anak kelas 3 dengan tatapan yang sedikit aneh... Masih ingat?

Masih ingat ga? Betapa seringnya kita mengampar tikar merah di belakang kelas? Tikar itu dibeli dengan uang kas. Sering dipakai buat tidur-tiduran, buat duduk-duduk, terus kita cerita-cerita di belakang. Kadang kalau udah mau ulangan harian, kita pada ngumpul di belakang terus belajar dan saling nanya. Diatas tikar itu juga sering dilaksanakan permainan catur. Hampir setiap hari bubuhan cowok main catur yang dibawa oleh Rey. Gak ada habisnya pokoknya. Hahahaha.

Selama di gedung baru kita udah jarang banget nonton film di LCD. Karena lokasi kelas enggak se-strategis dulu. Seringnya nonton film di laptop masing-masing. Tempat duduk kita juga jarang banget di acak kayak dulu. Sesuai dengan keinginan tempat duduk masing-masing, disesuaikan dengan kemampuan mata memandang papan tulis.

Aku ingat, setiap hari semua ingin duduk dekat dengan papan tulis. Kadang memajukan kursinya agar semakin dekat. Tapi ada satu hari dimana semua memundurkan kursinya, dan orang-orang yang duduk dibarisan paling depan pindah ke belakang. Deretan kursi depan itu menjadi kosong. Hal itu terjadi karena kekocakan guru itu mengajar yang membuat kalian tidak bisa menahan tawa. Atau... karena enggak mau dipanggil Ngadiman?

Hahahaha selama sekolah SMA kita menemukan keunikan cara guru-guru mengajar. Semua dengan caranya masing-masing. Seperti guru seni budaya kelas aksel kali ini, Pak Riyadi, memberi kita tugas membuat film. Proses pembuatan film sangat kita nikmati, judul film kelompokku adalah "Monica Mau Kurus". Kelompok lain ada yang berjudul "Little Thing We Used To Think" dan "Dompet Hilang." Ketika diputar di kelas untuk penilaian, pecahlah ketawa satu kelas. Melihat akting teman masing-masing, alur cerita yang aneh, atau ekspresi muka yang lucu, entahlah, aku ada videonya saat kita nonton di kelas. Hahahaha.

Bukan cuma film. Pak Riyadi pun menugaskan kita untuk membuat lagu sendiri dan membuat video klipnya. Presentasi lagu di balkon sekolah adalah yang paling berkesan. Dimana kelompok yang membawakan lagu beserta alat musiknya tampil didepan, yang lainnya menonton dibawah sambil bersila. Ada yang membawakan lagu sedih, semangat, dan bahagia. Kejadian lucu pastinya terjadi sama kelompok boyband (Pak Riyadi bilang ini kelompok boyband karena semua anggotanya cowok). Waktu itu Rey sudah memainkan gitar, tapi Heldi sang penyanyi belum masuk ke lagunya. Hahahaha. Aku juga ada videonya ini.

Yah, pokoknya semuanya ada videonya deh kalau di gedung baru :') aku paparazzi. Semuanya aku foto iya dan tanpa kalian ketahui. Video juga. Except di gedung lama. Andaikan aku se-paparazzi sekarang waktu di gedung lama, pasti banyak foto fetus kalian :) Yang sudah lewat biarlah, yang penting banyak koleksiku sekarang. 

Ngomong-ngomong tentang fetus... There's one thing yang terjadi dan aku gak bisa lupa. Waktu itu kita lagi mengerjakan tugas, guru yang mengajar kita keluar kelas, lalu tiba-tiba aku mendengar Pacri baca sesuatu nyaring-nyaring dari HPnya. Kudengar, dan kucerna. Ternyata itu tulisanku yang lama di blog ini. Tulisan waktu SD. DIBACAIN. Sekarang tulisan ini gak bisa dibacain lagi di kelas kan :')

Baru aja beberapa hari, tapi aku udah rindu suasana belajar di kelas :') Mulai sekarang sudah gak ada lagi suasana belajar-mengajar seperti itu. Semuanya berlalu dengan sangat cepat. Seperti kedipan mata. Kadang aku menatap keseluruhan kelas, berharap suasana seperti ini tidak akan pernah berubah, semua canda dan tawa, kekocakan yang terlontarkan secara alami, dan semuanya. Kadang aku juga berharap andaikan mata ini bisa merekam semuanya, agar bisa kulihat lagi di masa mendatang. Tapi sayang, aku hanya bisa mengandalkan memori.

Tryout -Tryout - Tryout - Praktek - Ujian Sekolah - Intensif UN - Tryout - Intensif UN - Ujian Nasional

Satu kalimat yang terlontarkan dari salah satu temanku di kelas.
Kalimat yang mengandung makna sangat dalam dan masih melekat dipikiranku.

"Jadi... segini aja masa SMA kita?"

9 bulan di gedung Bhayangkara, 10 bulan di gedung baru Kadrie Oening. Sungguh terlalu singkat. Menyesal? Kata itu sempat terbesit dipikiranku. Tapi aku akan lebih menyesal jika tidak bersama dengan kalian. Segala rintangan dikelas ini kita lewati bersama, segala kebahagiaan, kesedihan, canda dan tawa. Mereka yang berada di kelas reguler mungkin bisa menikmati SMA selama 3 tahun lamanya. Tapi mereka mungkin tak seakrab kita. Aku bersyukur berada di kelas ini. Melewati hari-hari bersama kalian selama 2 tahun. Bertatap muka dengan orang-orang yang sama setiap pagi . Kita sudah seperti saudara. Saudara tanpa ikatan keluarga, tapi terikat dengan kenangan masa SMA yang sama.

Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku selama SMA. Terima kasih atas 2 tahun yang singkat. Terima kasih telah menjadikan masa SMAku menjadi masa yang paling indah. Terima kasih...