People

03.42

Everyone is at risk
anyone can be

and what if
out of thousand of people 
you are the one
with high possibility
to get worse

Its okay
as what you pray
as what you want



Mei, 2020

Bye Ramadhan

00.18

Satu bulan yang berarti
yang mengubah siklus waktu disaat pandemi
yang membuat siang ku berseri-seri
dan malam ku cepat mengakhiri hari

Sampai jumpa ramadhan

Semoga kelak
tahun ini kau meninggalkan jejak
agar aku semakin berakhlak



Mei, 2020

Fear

07.55


Sewaktu kecil, orangtuaku selalu mengajakku ke Ancol setiap pergi ke Jakarta. Pergi ke Ancol, tepatnya Dufan, sudah layaknya agenda wajib yang tak boleh dilewatkan bagi aku dan adikku, Affan. 

Setiap kali pergi, aku selalu merasa itu adalah pengalaman pertama dan tidak pernah kesana sebelumnya. Sehingga sudah sewajarnya aku terlampau bersemangat.

Beberapa wahana yang sudah menjadi andalanku; komedi putar, bianglala, rumah boneka.
Itu yang kubayang-bayangkan sebelum datang.

Tapi saat sudah tiba disana, aku belajar bahwa dunia bukan tentang fantasi belaka.
Aku senang tapi disaat bersamaan bergidik ngeri tiap melihat Hysteria, Kora-kora, Niagara-gara, Rollercoaster Halilintar, dimana teriakan dari orang-orang yang naik terus terdengar. 
Mengerikan, betapa aku hanya ingin bersenang-senang tanpa menghadapi ketakutanku akan ketinggian.

Lagipula, pikirku, mengapa orang-orang itu tetap menaiki wahana tersebut jika tahu mereka sendiri takut?

Mereka berteriak sampai seakan pita suara mereka pecah. 

Aku berkeliling bersama adikku, hingga akhirnya, Kak Juju, kakak sepupu yang turut ikut menjagaku mengajakku untuk naik rollercoaster kecil-kecilan. Walau terlihat kecil, pintasan landai yang ada itu cukup membuat mereka yang naik berteriak. Dan aku yakin aku tak akan beda dengan mereka. Aku melihat Mamaku, kepalanya mengangguk dan mengatakan bahwa aku pasti bisa menaikinya dan aku akan baik-baik saja. Pada awalnya aku menolak, namun ketika diukur tinggiku sudah melampaui syarat dan diperbolehkan untuk antri, aku memutuskan masuk. 

Roller coaster itu kecil, tapi tidak sekecil bagi seorang anak yang baru beberapa tahun melewati usia balita. Seperti perkiraanku, aku berteriak saat melewati bagian terlandai, teriakan yang setara dengan yang naik roller coaster besar, dan mungkin membuat anak kecil yang mengantri bertambah takut dan para orangtua heran. Tapi aku tidak peduli apa yang ada dipikiran orang. Sehingga selesai dengan roller coaster tersebut, aku menarik Kak Juju, dan mengantri lagi di wahana yang sama.

Bisa dihitung mungkin 5 kali aku menaikinya. Bukan berlangsung dalam waktu singkat karna antriannya sangat panjang mengingat saat itu adalah liburan sekolah. Mamaku sampai-sampai lelah, mengajakku pulang karna langit sudah mulai menggelap.

Selanjutnya aku pergi ke Dufan Ancol, hal yang sama terjadi lagi.

Kali ini adalah Niagara-gara. Sebuah wahana yang membuatku seolah-olah sedang menaiki perahu  dengan pelan hingga ketinggian 20 meter, dan diterjunkan secara cepat dalam waktu sepersekiandetik.

Aku bimbang luar biasa saat diajak untuk menaiki wahana ini. Tak ada dibayanganku akan menguji adrenalinku sendiri seberat ini.

Benar saja,

saat masuk kedalam perahu, aku deg-degan luar biasa. Aku merasakan raga ku perlahan-lahan dibawa naik dengan pelan, tapi aku tidak melihat apa-apa karna aku menutup mata.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah, 

jantungku rasanya mau lepas.

Aku diseluncurkan secara cepat dari ketinggian itu. Saking cepatnya, jantungku tidak sempat berdetak ketika itu terjadi.

Aku benar-benar tidak berdaya, bajuku telah basah dan arwahku masih ketinggalan di puncak ketinggian. 

Gila, aku tidak akan menaiki Niagara-gara itu lagi. Sesuai namanya, wahana itu membuat gara-gara!

Yang lebih gila lagi, saat aku pergi ke Dufan selanjutnya, aku telah memutuskan untuk menaiki wahana itu lagi dan bahkan bersiap-siap membawa baju ganti.

Aku takut, tapi kali ini aku mencoba membuka mata saat perahu menaiki puncak. Pemandangan indah kudapati, ketinggian 20 meter memang tidak dapat melihat pemandangan kota Jakarta, tapi setidaknya aku dapat melihat wahana lain disekitar KW-an Niagara Falls ini.

Blassss!

Semua terjadi tanpa sempat aku sadari. Yang kutau, bajuku basah. Dan aku ingin naik lagi.

Tak peduli antrian sepanjang apapun, Niagara-gara ini pada akhirnya aku naiki sebanyak 3 kali pada hari itu.

Ketagihan? Tidak juga.

Namun aku akhirnya mengerti, mengapa orang-orang tetap naik roller coaster walaupun mereka takut.

Karna yang namanya ketakutan itu harus dihadapi.

Sama ketika aku berlari ketakutan sewaktu kecil saat sebuah link di internet membawa aku membuka website hantu, membuat satu layar komputer itu hanya gambar hantu tersebut. Dan Mamaku, menarik tanganku dan adikku untuk duduk di depan komputer, menunjuk satu persatu ke setiap bagian wajahnya, "Coba lihat, Nak. Ini rambutnya dia pake wig, dia pake bedak, make up sampai mukanya keliatan hancur." Aku disuruh untuk melihat dengan detail. Hingga pikiranku pun terbuka. Orang itu benar-benar memakai make up hingga terlihat seperti hantu, membuat aku dan adikku yang awalnya takut setengah mati, pada akhirnya tertawa. 

Semakin lama berhadapan dengan apa yang kita takuti, kita akan mengerti, 
bahwa dalam ketakutan itu ada sebuah kelegaan yang tercipta,
ada sebuah kebaikan yang baru kita pahami.

Saat aku menaiki roller coaster kecil dan Niagara-gara, aku berteriak hingga beban yang ada di tubuhku hilang, batas teriakan antara ketakutan dan senang itu sudah tersamarkan, karna dalam ketakutan itu aku menemukan kenyataan bahwa aku tidak akan selalu bisa terjun dari ketinggian seperti itu dan aku harus mengulangnya lagi walaupun takut.

Sebuah trauma mungkin tidak bisa, namun sebuah ketakutan adalah sebuah proses yang terus berulang. Terjadi. Terjadi. Dan terjadi lagi.

Rasa takut mungkin tidak sepenuhnya hilang, 
sama ketika aku kadang bergidik ngeri saat melihat hamparan kota dari atas pesawat,
namun aku terbiasa, aku bisa melewatinya, dan seperti kata Mamaku,
aku baik-baik saja.




Jadi, kapan nih bisa naik roller coaster besar beneran?



Mei, 2020

(note as i passed the psychiatry; trauma, rasa takut, dan fobia adalah hal yang sungguh berbeda)