The Weird Family

#1 The Weird Family: Lewis Pulang Malam

04.42

"Ting tong" kudengar suara bel sayup-sayup ditengah tidurku.
"Ting tong" suara itu terdengar lagi. Aku mengambil bantal untuk menutup kedua telingaku.
"Ting tong" ah! Suara itu lagi. "Ting tong" "Ting tong" "Ting tong"
Bel yang berbunyi lebih dari 3 kali, melawan etika bertamu. Itu pasti Lewis. Dengan terpaksa aku bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu rumah.
Tebakkanku benar. Itu Lewis, dia tertidur di depan pintu.
"Hei! Bangun!" teriakku.
"Ha? Ha?" Ada apa?" tanyanya setelah tersentak kaget dengan teriakkan ku yang mungkin terdengar juga oleh tetangga. Lewis mulai bertingkah seperti autis.
"Kenapa kau pulang malam?" tanyaku persis seperti Ibu.
Lewis bangkit "Maaf bu, aku menonton bola di rumah temanku, Rio"
Hahahaha. Tawaku dalam hati. Lewis mengira aku adalah Ibu. Ini kesempatan bagus untuk mengerjainya.
"Sudah tau kau tak bisa begadang! Besok pagi kau pasti bangun kesiangan! Tak ada gunanya kau menonton bola sampai begadang! Tinggal lihat hasilnya dikoran besok, bukankah itu lebih mudah? Tidur sana!"
"Itu melawan hukum Lewis tentang pendukung tim bola bu" anak ini mulai bertingkah seperti autis lagi.
Hmmm, aku mulai berpikir. Hukuman apa yang bagus untuk kakak yang autis ini.
"Kau tak mau tidur ya? Ya, sebagai hukuman karena kau pulang larut malam. Berdiri di depan TV dengan kedua tanganmu mememang telinga. CEPATTT!!" perintahku.


Sepertinya Lewis mulai bertanya-tanya karena Ibu tak pernah menghukum sekejam ini, ia membuka bola matanya perlahan tapi tak berhasil. Ia memang lemah dalam urusan begadang, tidak seperti aku.
Bodohnya, ia tetap mengikuti perintahku.
Aku tercicikan sendiri dan berlari ke kamarku untuk pergi tidur.


Esok harinya, aku bangun dan teringat dengan Lewis. Terdengar suara piring yang diletakkan di atas meja. Oh tidak! Aku lupa! Ibu selalu menjadi orang pertama yang bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Bagaimana nasib Lewis kini?
Dengan takut-takut aku membuka pintu, takut akan Lewis mengetahui aku yang mengerjainya tadi malam. Terlihat Ibu mencoba membangunkan Lewis dari tidurnya yang sambil berdiri. Akhirnya Lewis terbangun.


"Lewis ada apa denganmu sampai tidur sambil berdiri seperti ini?" Ibu bertanya dengan halus. Bertolak belakang dengan sifatku semalam.
"Bukankah Ibu yang menyuruhku tidur berdiri dengan memegang telinga?" kata Lewis.
"Hmmm..." Ibu mulai bergumam. Dia pasti menyadari sedang ada yang tidak beres.
Ibu yang melihat aku berjalan diam-diam menuju kamar mandi menghentikan langkahku. "Lisa!!" panggilnya.
"Hehehe, ada apa bu?" aku tersenyum terpaksa.
Ibu mengerutkan dahi, "Ini pasti ada hubungannya denganmu"
"Gak ada kok bu, gak ada, aku aja gak ngerti masalahnya"
Ibu adalah detektif yang dapat kukatakan hebat. Ia mulai mengidentifikasi masalah, "Lewis, apa kau pulang malam?"


Lewis cengengesan, ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Tidak...eh...iya...bu"
"Apa Ibu bilang! Ini pasti ada hubungannya denganmu Lisa! Kamarmu yang paling dekat dengan pintu rumah! Kamu pasti yang membukakan pintu untuk Lewis kemarin!" jelas Ibu.
"Loh? Berarti yang membentak dan menghukumku tidur sambil berdiri itu Lisa?" Lewis sadar. Aku memang sedang dalam masalah.
"LISAAAAAAAAAAA!!!" Ibu dan Lewis berteriak bersamaan.
"Hehehe, aku mau mandi dulu ya....Dah..."
Aku selamat.

Greyson Chance di Indonesia

03.00

Honestly, I couldn't take a breath when I see this photo.

Hari ini, tanggal 23 November 2011, Greyson melaksanakan showcasenya (konser kecil-kecilan) di Hardrock Café. Tiketnya tidak dijual. Tapi yang beruntung akan dapat dari albumnya Greyson, Hold On Til The Night.

3 hari lalu, aku mendapatkan info setelah search di Google. Seseorang melelang 3 tiket showcasenya Greyson. Tidak tanggung-tanggung, pemenang lelang akan mendapatkan 3 tiket sekaligus!

Aku yang saat itu sangat bersemangat meminta izin kepada kedua orangtua saat makan malam.

Mereka setuju saja, namun mereka bertanya padaku, apakah tanggal 23 itu aku sedang sekolah atau tidak? Lalu aku bilang, ya, aku sekolah karena hari itu adalah hari rabu.

Mereka menolak dengan santun, agar tidak menyakiti perasaanku. "Amel kan mau UAN. Jadi fokus aja sama UAN. Yang penting kan Amel lulus". Aku terima jawaban itu. Karena aku siap sebelumnya kalau aku mendapat jawaban tidak.

Aku beruntung mempunyai orangtua yang terbaik di dunia. Aku sadar. Greyson tak akan dapat membuatku lulus UAN. Palingan, saat konser aku hanya melihat Greyson setitik, yang seperti semut diantara kerumunan 700 orang.

Dana transportasi, tiket, dan transportasi pasti mahal. Lebih baik aku beli buku di Gramedia, pasti dapat 100 buku lebih.

‎​بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØ­ْÙ…َانِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ
Meskipun kadang teringat akan konser Greyson hari ini, aku berpikir:
Greyson hanya manusia biasa, dia bukan Tuhan. Kalau Rasullulah yang ada di Jakarta, aku pasti akan kesana tanpa peduli sedang UAN atau tidak.

Jadi, Buku Yang Mana?

03.26

Kemarin aku tidak sempat menulis jurnal.
Jadi, anggap saja hari ini adalah hari kemarin.

Aku baru saja menamatkan 2 buku hari ini.
1. Komik biografi Blaise Pascal
2. Diary of a Wimpy Kid

Aku akui, aku termasuk penggemar berat orang-orang masa lalu dan terinspirasi dengan jejaknya hingga menjadi sukses. Seperti Ibrahim as. dan Rasullulah. Serta ilmuan, Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Marie Curie, dll.
Kali ini aku adalah orang yang berbahagia karena telah membeli Komik Biografi Pascal, Matematikawan asal Prancis. Untuk Pascal, kepintarannya patut dicontoh, namun kehidupannya tidak.

Selain itu, aku juga membaca Diary of a Wimpy Kid, atau dalam bahasa indonesianya adalah Diary si Bocah Tengil. Awalnya, buku ini sangat seru karena mengutarakan perasaan seorang anak SMP yang sama sepertiku. Namun halaman demi halaman aku menyadari, buku ini sangat tidak mendidik.

"Aku bercita-cita menjadi penulis. Namun jika aku membaca buku dengan tata bahasa yang hancur, bagaimana bisa aku menulis dengan bagus?" pikirku.

Ya, ketika aku utarakan pendapatku kepada kak keduaku. Ia mengangguk setuju.

Aku akan berusaha untuk tidak akan membaca buku dengan tata bahasa yang tidak baik. Namun aku juga tak bisa membaca buku Andrea Hirata.

Membaca bukunya, Anderson, membuat otakku bekerja keras untuk mengartikan majas-majas yang ada. Itu sangat menguras waktu dan tenaga, butuh waktu 10 detik untuk menerjemahkan majas.

Aku ketahui aku bukan seniman seperti dirinya, atau kakak ku yang ku kagumkan. Namun dengan kepercayaan diriku yang kuat. Aku yakin dapat menjadi penulis yang hebat.

Seperti kata kakakku, diibaratkan olahraga.
"Dia memang menguasai seluruh bidang olahraga. Tapi pasti ada satu bidang yang ia paling kuasai dan orang akui."

Dan aku yakini itu.

Keluarga Raksasa

20.31

Tinggiku 166 cm dan berat badan 48 kg. Jarang ditemui perempuan yang tingginya sama diumurku yang ke 13 tahun ini.
Aku menjadi perempuan tertinggi di kelas 9A. "Paling muda, tapi paling tinggi" itulah kata teman-temanku.
Panjang badanku yang seperti ini berasal dari keluargaku. Abah, mama dan kakak-kakakku adalah orang yang tinggi. Oleh karena itu, aku bahkan tak pernah sekalipun merasa tinggi saat dirumah.
Abahku orang yang bertubuh besar dan tinggi, sekitar 175 cm keatas. Kakak pertama ku, kak akbar, lebih tinggi dari abah. Begitu juga kakak keduaku, kak dede yang tingginya nyaris 185 cm. Tinggi mamaku sudah kulampai 1 cm dari 2 bulan yang lalu. Dan adikku, affan yang masih kelas 5 Sd tingginya 139 cm. Tinggi bukan? Pantas untuk disebut sebagai keluarga raksasa.
Aku dan affan percaya kalau aku akan lebih tinggi dari kak dede dan affan akan lebih tinggi dari aku nantinya. Seperti tangga dengan urutan:
Mama, abah, kak akbar, kak dede, aku (amel), dan affan.
Kadang aku merasa risih ketika bertemu dengan orang-orang di sekolah atau mal-mal.
Suatu hari, aku pernah berjalan di sekitar mal lembuswana dan kulihat seorang perempuan berumur 30an berjalan berlawanan arah denganku. "Tinggiku mungkin dua kali lipat tingginya!" Teriak ku dalam hati.
Dan sulitnya, setiap menyalami tangan guru di sekolah aku harus menekuk lutut ku, bahkan sampai harus menempelkan lututku pada lantai.
Tapi dibalik semuanya pasti ada hal positifnya, tepatnya keberuntungannya.
Sungguh aku merasa menjadi orang yang beruntung bisa melihat apa yang terjadi dibalik sebuah kerumunan tanpa perlu menjijitkan kaki.

Makanan Pencuci Mulut

02.40

Mungkin kalian bertanya-tanya. Apa itu gambar yang di atas?

Itu adalah cetakan jelly yang kubuat tadi siang. Rasanya coklat, enak, dan... Ah kalau kubilang pasti jadi ingin makan juga. Mama membelikan cetakan jelly yang imut untuk aku dan Affan. Yang berwarna pink keunguan di gambar itu cetakan jelly hello kitty. Lucu bukan? Biasanya ketika makan jelly maupun agar-agar, kupadukan dengan susu kental yang membuatnya lebih lezat. Namun belakangan ini, Mamaku bilang nenek yang terkena kanker dulu suka minum susu kental. Sepertinya aku harus menguranginya.

Jelly atau agar-agar adalah makanan pencuci mulut yang tak pernah absen di kulkas. Mama sering membuatnya ketika aku berangkat ke sekolah, sehingga ketika pulang dari sekolah aku langsung menyambar ke kulkas untuk menyantap agar-agar. Biasanya agar-agar yang Mama masak berwarna pink (merah). Namun, persediaan agar-agar hari ini habis, oleh karena itu aku membuat jelly sendiri.
Ingat loh jelly dan agar-agar itu berbeda!
Sebagai penutup, aku akan membagi ilmuku tentang agar-agar:

1. Agar-agar bagus untuk orang yang ingin diet karena selain tidak mempunyai kalori agar-agar juga membuat perut kenyang.
2. Terbuat dari rumput laut
3. Bisa menjadi obat untuk panas dalam

Bertemu UAN (Lagi)

07.40

3 tahun lalu, aku belajar keras bersama Mama untuk menghadapi UASBN SD. Mama memberi buku yang sudah distabilo untuk dibaca, soal di kertas, dan menyuruhku mengisi soal dibuku. Khususnya untuk pelajaran IPA. Mama hanya fokus kepada pelajaran IPA karena untuk matematika aku sudah les dengan Pak Edi, sedangkan Bahasa Indonesia aku pasti bisa (aku kan orang Indonesia).
Setiap hari ketemui rangkuman IPA yang tertempel di mading rumah, pintu kamar & toilet, bahkan ketika aku berkaca saja tidak bisa karena kaca telah ditutupi oleh rangkuman IPA.
Mama memaksaku untuk belajar supaya mengerti, bukan belajar supaya hafal atau jadi juara kelas.
Cara itu sangat efektif, aku mengerjakan soal UASBN dengan mudah, bahkan ada soal UASBN yang sama persis dengan soal dibuku yang Mama suruh isi.
Aku sangat bersyukur mempunyai Mama yang hebat.
Setelah UASBN telah usai, aku merasa bebas. Tak ada lagi berkutik dengan buku-buku pelajaran dan bimbel dari sekolah yang menyita waktu bermainku.
Akhirnya aku bebas.
Saat menginjak bangku SMP, aku melihat kembali buku persiapan UASBN di Gramedia. "Hmmm.. Rasain kalian!" gumamku dalam hati kepada seluruh anak kelas 6 yang saat itu akan menghadapi UASBN. Keadaan mereka pasti sama denganku pada tahun lalu.
Dan itu terjadi lagi ketika aku kelas 2 SMP. Kata itu terucap lagi.
Sekarang, aku yang kelas 3 SMP akan kembali menghadapi Ujian Nasional. 3 tahun terasa begitu cepat. Aku kembali berkutik dengan buku UAN. Mama hanya bisa membantu sedikit karena pelajaran IPA SMP terdapat pelajaran fisika yang sulit untuk dibuat rangkuman.
Kata "rasain" itu terjadi pada diriku. Kelas akhir merupakan kelas yang rawan bagiku. Seluruh les yang tidak ada hubungannya dengan UAN sudah diberhentikan. Waktunya untuk fokus.
‎​بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØ­ْÙ…َانِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ
Aku akan memulai perjuangan ini kembali

Kendaraan Yang Istimewa

02.23

Sepeda adalah kendaraan tetapku selama ini. Bertahun-tahun mengendarai sepeda keliling rumah cukup membuatku senang. Namun, kesenangan itu berubah ketika aku menginjak SMP.

Teman-teman yang berkerja kelompok di rumahku tak pernah lepas dengan kendaraan motor. Mereka kini menganggap sepeda adalah kendaraan yang sangat lambat.
Kadang aku hanya bisa melongo ketika melihat motor-motor berjejer di depan rumahku. Dan ketika itu seorang teman bertanya padaku.
"Kenapa mel?" tanyanya.
"Kamu bisa naik motor?" tanyaku kembali kepada teman perempuanku yang tingginya tak lebih dari 155 cm.
"Bisa lah, kamu gak bisa?" aku mengangguk dan membalikan kepala. Masih tak percaya akan hal ini. Aku yang termasuk deretan tertinggi di kelas tak bisa mengendarai motor!
Namun
...
Biarpun sudah lebih dari 5 kali aku meminta pada orangtua untuk diajarkan bermotor, mereka tak pernah menyutujuinya. Alasannya adalah mereka tak ingin anak perempuan satu-satunya menjadi korban bermotor. Aku merasa beruntung mempunyai orangtua yang sangat perhatian kepada anaknya hingga akhirnya niatku untuk belajar bermotor itu luntur.
5 tahun yang lalu, saat aku masih SD, aku di antar-jemput dengan motor oleh keluargaku yang juga perempuan. Jika diingat zaman itu, aku dapat menghirup udara segar dipagi hari. Sangat berbeda dengan sekarang, yang kuhirup adalah udara palsu di dalam mobil, AC.
Aku lebih beruntung daripada Affan, ia tak pernah digonceng dengan motor untuk pergi sekolah. Oleh karena itu, ketika ada keluarga yang datang ke rumahku dengan motor, Affan akan meminta untuk digonceng keliling halaman rumah. "Mel! Liat Affan naik motor weeekk" teriaknya. Lalu aku akan ikut menaiki motor itu juga dan berteriak kesenangan.
Ya, aku dan Affan, kakak-beradik yang menganggap menaiki motor itu adalah hal yang spesial.

Jika tak boleh bermotor, kendaraan apa yang akan kupelajari?
"Mobil. Belajar mobil dengan kakak Akbar atau kak Dede. Resiko bermobil lebih kecil daripada bermotor" kata Abah yang masih menempel di otakku sekarang ini.
Aku rasa itu memang yang paling tepat. Kakikku yang tinggi ini cukup untuk menginjak rem mobil. Jika bisa bermobil, aku dapat mengantarkan Mama ke Samarinda tanpa menganggu jadwal kuliah kak Akbar dan kak Dede.
Masalahnya kini, siapa yang mau mengajarkan aku bermobil sedangkan kakakku sibuk dengan kuliah dan skripsinya?

Aku ingin menjadi orang yang lebih berguna

Just Be Who You Want To Be

09.02


"Just be who you want to be, not what others want to see"
Itulah kata favorite-ku. Awalnya aku dapatkan dari tumblr. Kata ini bermakna, "Just be who you want to be" jadilah siapa yang kamu mau "not what others want to see" bukan apa yang orang mau lihat. Jadi, kesimpulannya, jadilah apa yang kamu inginkan, dan tak usah pedulikan kata-kata orang lain. 
Sering kali ketika kita menyebutkan cita-cita dan orang sekitar tak menyutujui (hal itu tak terjadi padaku, namun iya pada teman-temanku). Jangan peduli dengan orang yang kontra terhadap dirimu. Jalani saja hidup dan ikuti alur serta rambu-rambunya. Kalau mereka tetap tak menyutujuimu, mungkin saja mereka adalah orang yang tak berhasil meraih cita-citanya karena memilih jalan yang salah. Ikuti kata-katanya, namun bukan berarti kamu harus menanggalkan cita-citamu selagi itu yang baik. Kita harus berusaha dan pada akhirnya Allah SWT yang akan menentukan. 
Jika kamu yakin pada dirimu sendiri, orang di sekitar pasti akan yakin pada dirimu!