Tentang Monacco dan Teman-Temannya

03.58

Di rumahku ada kucing yang bernama Monacco, warnanya putih, pernah tersuspect mati terlindas mobil tapi ternyata bukan dia, tampilannya bukan seperti kucing terawat.

Kalo dibilang Monacco hewan peliharaan kami, susah juga mengatakan iya. Karna kami hanya memberi makan dan setelah itu udah, selesai. Sejak terbentuknya keluarga Aswin, tidak pernah sekalipun kami memiliki hewan peliharaan yang sangat berkontak erat dengan kehidupan kami. Kalo ada orang yang dirumahnya kucing berkeliaran kesana kemari, kamu gak akan menemukannya di rumahku (kalo boneka kucing banyak).

Yang menamai kucing itu Monacco adalah kakak Dede dan Affan. Kami menyayangi Monacco tapi disaat yang bersamaan juga suka mengatai Monacco yang selalu menyambut didepan pintu teras dengan tergeletak lemas.

Setiap harinya, sehabis makan siang dan makan malam, Mama selalu menjadi pengingat untuk memberi makan Monacco yang menunggu diluar pintu belakang.

"Kasih makan kucingmu, Nak. Gara-gara dia, kamu bisa masuk surga."

Mama gak pernah absen mengatakan hal yang sama setiap harinya. Mama bahkan suka ngerebus / ngegoreng ikan yang memang khusus buat kucing itu.

Dulunya, aku sama Affan selalu berantem tentang siapa yang harus kasih makan kucing. Tapi akhirnya tugas itu dilimpahkan kepadaku sepenuhnya. Sehingga memberi makan kucing menjadi rutinitasku sehari-hari setelah makan.

Pernah suatu hari, kami sekeluarga akan berpergian. Raut muka Mama sedih memikirkan bagaimana kucing itu makan kalo gak ada kami.

Sehingga aku bilang, "Ma, kasih aja kucingnya uang jajan, biar beli makanan sendiri."

Mama dan saudara-saudaraku tertawa, sejak saat itulah lelucon kasih uang jajan selalu dilontarkan ketika kami berpergian.

Lambat laun, bukan hanya Monacco yang suka berada di rumahku, kucing lainpun berdatangan.

Aku pun sampai keteteran tiap membuka pintu belakang, 5 kucing mengelilingiku. Ada 1 kucing yang berwarna hitam, dia paling beringas, sejak kedatangannya kucing-kucing yang kalem menjadi berubah, mungkin dia yang memprovokasi.

Gerakan mereka melingkar-lingkar kakiku ketika aku mencoba berjalan meraih wadah makanan mereka, sampai pusing aku dibuatnya.

Darimana mereka datang sih, dulu cuma Monacco, sekarang ada 5 kucing berbeda yang menunggu untuk kuberi makanan. Hitam, coklat, abu-abu, bermacam-macam deh pokoknya. Bahkan Monacco saja jarang ada, mungkin karna dia kalah beringas, atau mungkin karna dia memang lelah karna terlalu tua, kan aku gak tau umurnya.

Aku dan Affan jadi curiga ada konspirasi diantara kucing-kucing ini. Tadi kami berdiskusi bagaimana 5 kucing itu bisa sampai ke rumah kami.

"Monacco ini pasti beritahu ke teman-temannya," kata Affan.

"Enggak, dia cuma beritau ke satu teman," kataku. "Dia bilang ke temannya itu, 'Eh, aku mau kasi tau rahasia. Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya.. di rumah itu orangnya suka kasih makanan tiap hari'. Terus temannya itu kasih tau ke temannya, lalu temannya kasih tau ke temannya lagi. Terus begitu sampai jadi 5. Tunggu aja itu, bakalan ada 10 kucing yang datang nanti."

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"