We

01.37

"Mau makan dimana nih?"

"Terserah," jawab salah satu diantara mereka.

"Gresik yuk?"

"Aku udah makan gresik kemarin, yang lain aja..."

Kutipan terakhir itu diucapkan oleh orang yang sama yang menjawab kata "terserah."

Ya, begitulah kira-kira percakapan kami setelah perkuliahan hampir setiap harinya selama tiga tahun. Ribut masalah mau makan dimana udah jadi kebiasaan sehari-hari. 

Mungkin bukan ribut, tapi ribet lebih tepatnya wkwkwk.

Hari ini pun, kejadian seperti diatas terulang lagi. Hingga akhirnya kami menemukan titik temu untuk makan bareng di KFC Drive Thru. Dengan setia kami mengantri untuk memesan makanan, mereka memesan super besar, sementara aku memesan bento -karna sayang, aku makan ayam gak pernah benar-benar habis, yang senang jadinya cuma MJ.

Kami naik ke lantai atas, Fortra datang dengan sepiring penuh dengan saus tomat dan saus sambel yang luar biasa banyaknya, katanya untuk kami semua jadi tinggal ambil saus dari piring tersebut. Dan seperti biasa, kami yang biasanya ribut dan tidak berhenti tertawa tiba-tiba terdiam saat mengunyah makanan.

"Mel, mel," Ega yang berada disebelahku berbisik pelan.

"Hm?" Gumamku sambil tetap mengunyah.

"Tadi, waktu aku sama Adit pindahin meja kesini, anak SMA yang itu ngeliat aku terus," matanya seolah menunjuk kumpulan cewe berseragam SMA yang ada disamping meja kami. Aku pun hanya mengangguk-angguk mengiyakan.

Namun sesaat setelahnya, MJ, orang paling kepo sedunia, langsung menginterupsi. "Kenapa kenapa?"

Aku mengulang perkataan Ega dengan berbisik didekat kupingnya.

"Hah kenapa?"

Aku ulang lagi dengan lebih keras, mungkin suaraku tadi terlalu pelan.

"Apa apa?"

Ya ampun masih gak denger, sebelum aku mengulang perkataanku lagi, meledaklah tawa Maydita, Fortra, dan Ega.

Aduh, ini aku ngetiknya sambil ketawa mengingat kejadian tadi.

Padahal gak penting ya? Gak lucu juga? Tapi kami ketawa sampai seluruh lantai dua KFC itu hanya dipenuhi suara tawa kami disaat ramai-ramainya karna bertepatan dengan waktu makan siang.

Aku pernah membaca sebuah novel yang berceritakan persahabatan antara cewek famous di sekolahnya, yang anak cheers, hobi jalan-jalan ke mall, shopping, dengan seorang cewek berpenampilan tidak menarik, kutu buku, kerjaannya belajar saja di rumah, dan tidak dapat bersosialisasi. Menurutku cerita itu sangat tidak masuk akal, bagaimana mereka berdua bisa bersahabat jika topik yang dibicarakan saja tidak bisa bertemu?

Persahabatan itu tercipta karna kita memiliki kesamaan dengan orang tersebut.

Seperti kami contohnya.

Kami membicarakan topik yang sama, lalu tertawa bersama setelahnya.

Kami pun dapat menyukai makanan yang sama. Saking sukanya terhadap makanan tersebut, selalu itu yang akan dimakan. Lalu setelahnya, kami akan sama-sama bosan karna sudah keseringan.

Hal tersebut pun berlaku untuk barang.

Pernah suatu hari aku membeli satu set pulpen warna-warni dari Prega. Beberapa hari setelahnya, kami berlima sudah memiliki pulpen yang sama. Iya, seperti itu. Dan lucunya, diantara kami gak ada yang marah karna punya barang yang sama (ya mungkin ada marah-marah lucu sih). Malah ketawa aja kalo udah liat kita ternyata punya pulpen, kotak pensil, dan lipstick yang sama.


Aku yakin persahabatan kami terjalin bukan karna sebuah kebetulan, melainkan memang diatur oleh yang diatas. Dan karena itu, tak terhitung rasa syukurku telah dipertemukan dengan orang semacam mereka.

Gak semua orang bisa mengerti kata-kata tersirat, kata-kata yang hanya diucapkan oleh mata, atau kata-kata yang tak diucapkan sama sekali. Namun dengan mereka, aku tak perlu berbicara untuk mengungkapkan segalanya. Dan hal tersebut berlaku sebaliknya.

Gak semua orang juga dapat memahami sifat kita. Aku dan mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan bagaimana kita beradu pendapat lalu bisa saling menerima, itulah makna yang ada dalam persahabatan.

[Sejujurnya, aku itu orangnya geli banget nulis tentang persahabatan gini. Sama kayak gelinya aku kalo nulis tentang cinta-cintaan. But since i'm always the kind of flat face person around, i really want to express my heart about how meaningful they are through this writing. I couldn't help it tough]

Aku gak tinggal serumah sama mereka, aku juga gak ada hubungan darah sama mereka.

Tapi tanpa kehadiran mereka, ruang kuliah yang berisi lebih dari 60 orang, berasa sepi.




Ini masih tahun 2017.

Dan kita masih menjadi mahasiswa pre-klinik.

Cepat atau lambat, nantinya kita akan berlabuh di tempat yang sama dan menyandang gelar yang sama.

Lalu setelah itu, kita akan melanjutkan perjalanan kembali. Entah bagaimana, mungkin lebih banyak yang berbeda. Aku yang berkeinginan mengambil spesialis anak, Ega yang terbesit memiliki keinginan mengambil spesialis patologi anatomi, atau Fortra yang berkeinginan mengambil spesialis kulit.

Tapi tau ga yang dikatakan orang-orang tentang mahasiswa kedokteran?

Long life learner.

Meskipun udah jadi dokter atau dokter spesialis nanti, mereka tidak akan pernah berhenti belajar.

Dan aku harap,

begitu juga persahabatan kita.

Not Only You

04.32

Ada yang menunggu.

Ada yang berdoa setiap malamnya untukmu.

Ada yang berharap kamu menyegerakannya.

Ada yang menginginkan kamu menyelesaikan ini lebih daripada dirimu sendiri.

Ini semua bukan tentang harapanmu saja.

Ini melibatkan angan-angan mereka.

Karna keinginanmu memakai toga tidak lebih besar daripada keinginan mereka untuk melihat kamu menggunakannya.

Adult

04.57

Ketika membaca judul ini, apa yang langsung terlintas didalam benakmu? 

Dewasa, apa sih sebenarnya pengertian dewasa itu?

Menyadari post-postanku di awal blog ini terbentuk hanya meliputi Jonas Brothers atau Justin Bieber, aku pun gak akan menyangka bahwa akan menulis mengenai topik ini. But seriously, what's coming to my mind recently, apa sih definisi dewasa sebenarnya?

Apakah saat kamu bisa mengatur segala keperluan hidupmu sendiri?

Apakah saat kamu tidak tergantung kepada orangtua atau teman-teman untuk menyelesaikan masalah hidupmu?

Ataukah kamu harus menikah dan memiliki anak dulu baru kamu bisa dikatakan dewasa?

Kalau berdasarkan hukum, apabila seseorang menginjak umur 21 tahun, maka dia dikatakan telah dewasa. Namun benarkah? Apakah semua yang telah berumur 21 tahun adalah dewasa?

Hm...

Gak semua orang yang berumur diatas 21 tahun itu dewasa. Jika dikatakan dia telah memasuki "usia dewasa", yes, maka aku setuju. Tapi untuk mengatakan seseorang itu dewasa apa enggak? Kita gak bisa berpatokan pada umur.

Masih banyak orang yang telah berusia dewasa namun pola pikirnya masih seperti anak-anak. Egois, mau menang sendiri, merasa posisinya adalah yang paling menyakitkan. Masih banyak yang seperti itu.

Its subjective actually.

Tapi ketika kamu berbicara sama seseorang, kamu bisa menangkap orang ini sudah dapat masuk ke dalam kategori dewasa atau tidak. Kenapa? Karna saat berbicara, maka pola pikir kita akan terlihat.

Dewasa dalam arti yang sebenarnya adalah kematangan dalam proses berpikir. Bagaimana kamu memandang sebuah masalah, bagaimana kamu menanggapinya, dan bagaimana kamu mengatasinya.

Seseorang yang dewasa gak mungkin jambak-jambakan saat beradu pendapat, jika kamu jumpai orang yang seperti itu, maka dia hanya dikatakan berusia dewasa, bukan dewasa. 

Orang dewasa yang matang proses berpikirnya, pasti akan melihat sebuah masalah secara holistik. Dari banyak sudut pandang. Bahwa A berlaku seperti ini pasti ada penyebabnya, bukan atau hanya karna dia ingin, melainkan terdapat faktor A atau faktor B yang membuat dia berperilaku seperti itu. 

Informasi tidak akan dia telan mentah-mentah, melainkan diteliti secara menelaah. Layaknya sebuah penelitian, kamu akan menduga-duga dengan membuat hipotesa terlebih dahulu, lalu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, selanjutnya barulah kamu bisa menyimpulkan.

Karna itulah orang yang dewasa juga akan belajar mengatur emosinya ketika menghadapi kondisi yang membuat dia seharusnya emosional. Aku gak bilang bahwa orang dewasa harus bisa mengatur emosinya, karna itu merupakan hal yang sulit, dan jika itu menjadi sebuah keharusan, maka gak akan ada orang yang bisa dikatakan dewasa. 

Belajar, lebih tepatnya. 

Orang yang dewasa akan memiliki keinginan untuk belajar mengontrol emosinya saat berada di tahap menerima informasi dan menduga-duga. Ketika telah mengumpulkan informasi, dan sampai ditahap kesimpulan maka dia akan tau bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dengan benar. Ketika dia menemukan fakta bahwa dia harus meluapkan emosinya, barulah dia akan meluapkan emosinya. 

Aku pun gak bisa mengatakan bahwa aku udah dewasa. I'm still 19 years old. Umur dan pengalaman ku masih jauh dari kata itu, namun berada diantara orang yang berusia dewasa, membuatku berpikir.

To The Last

21.39

Berada di penghujung semester pre-klinik ini... membuat aku gak tenang.

It feels like... i can't even find the right words to describe it.

I'm just not ready to face everything in front of me.

I'm afraid. Oh ya allah, i'm sorry for saying this but i'm really afraid. I'm afraid when the day is coming, when the decision is only between me and my patient. 

Its haunted me everytime. 

Sebentar lagi aku skripsian, lalu koas, lalu UKMPPD, lalu sumpah dokter.

But i feel so stupid right now. Aku belajar, tapi rasanya gak pernah cukup. You know that feeling right? Ketika semakin kamu banyak belajar, semakin kamu merasa bodoh.

Sementara waktu akan terus berjalan... tanpa aku sadari. 


Giving It Back

05.14

Jadi ceritanya hari ini aku ke Gramedia. Biasalah, aku kalo lagi capek, bosen, stress, perginya ke Gramedia. It feels so relaxing to see those books dan memilih buku mana yang ingin dibeli meskipun uang yang ada ditangan itu pas-pasan. Dan hari ini, aku juga berniat membeli pulpen mengingat stok pulpen warna warni aku habis -atau lebih tepatnya menghilang entah kemana semenjak dibawa ke tempat KKN. 

Selesai memilih buku dan pulpen yang memakan waktu berjam-jam, akhirnya aku pergi ke kasir untuk membayar. Fyi aku membeli satu buku yang berharga 80 ribuan, tiga pulpen harga 7 ribu, dan satu pulpen harga 20 ribuan. Ketika kasir menyebutkan total dari belanjaanku adalah 96 ribu, gak salah kan kalau aku terkejut?

I mean like, itu harusnya totalnya sekitar 125 ribu tetapi malah menjadi 96 ribu... Setelah aku berpikir bahwa bisa jadi harga itu adalah hasil totalan diskon mengingat aku adalah member Gramedia dan buku yang aku beli juga terbitan Gramedia, aku menutupi keterkejutanku. Oke. Mungkin ini wajar...?

Setelah aku pulang dan berada di mobil, aku perhatikan struk pembayaran baik-baik... Harga untuk pulpen yang seharusnya 20 ribu tadi, malah tertulis angka 0 di struknya. Pfft mbaknya salah masukin harga kali ya? Pantes aja harganya jomplang banget, karna seingat aku diskon buat buku terbitan Gramedia itu cuman 10%. Tapi sayangnya, aku gak sebaik itu untuk balik jauh-jauh ke Gramedia di tengah mepetnya waktu jam kuliah aku hanya untuk menanyakan hal ini ke mbaknya.

Alhasil saat masuk di rumah aku langsung menceritakan ini ke Mama. Aku ketawa. Aku bilang Amel jadi bayar segini, kayaknya gara-gara mbaknya salah deh wkwkwkwk. Candaan aku yang ujungnya menjadi kemarahan Mama. Kata Mama aku harus kembali ke Gramedia dan bilang ke mbak kasirnya tentang itu. Lah, aku bilang ke Mama, kalo ini kan salah mbaknya, bukan salah Amel, ngapain Amel kesana, ini namanya lucky. Mayan 20 ribu dapat takoyaki. 

Tapi Mama berkata bahwa aku gak boleh seperti itu. Dosa, Nak. Kasian mbaknya. Coba bayangin deh, kalo bagi Amel 20 ribu itu mungkin gak ada apa-apa, tapi buat orangnya gimana, Nak? Dia yang harus tanggung jawab kalau ada kesalahan dalam pembayaran di kasir. Bisa aja hari ini dia bakal datang ke Mamanya, lalu dia bilang minta maaf kepada Mamanya, karna hari ini dia gak bisa mengasih makanan ke Mamanya karna harus menutupi kesalahan pembayaran Amel.

Hmm... Ya udah...

Aku juga takut dosa ntar kalo pulpen itu aku pake malah gak jadi lancar mencatat pelajaran cuman gara-gara beginian. Akhirnya abis kuliah siang aku ke Gramedia, ngantri lagi di kasir, nanyain mbaknya.

Terus kata mbaknya, itu meskipun tulisan harga pulpennya disamping 0, tapi udah masuk ke totalannya. Jadi gak ada yang salah.

Mungkin ada sistem harga di Gramedia yang gak aku tau dan mengerti hanya dengan melihat struk ini, tapi paling gak aku udah lega.

Saat aku sudah berbalik dan menuju tangga, mbaknya mengucapkan terima kasih.

Iya mbak, sama-sama.

58A

21.19

58A merupakan nomor rumah ku di Tenggarong. Sewaktu aku masih SD, aku terheran-heran, kenapa nomor rumah aku ada "A" dibelakangnya sementara tetangga hanya menyantumkan angka saja?

Sejak saat itu pikiran aku mulai mendalami makna nomor tersebut, aku berasumsi bahwa A tersebut digunakan karena huruf anak-anak Abah yang semuanya berawalan A, termasuk Abah sendiri -dan kecuali Mama.

Aku mulai menambah-nambahkan tanggal lahir seluruh saudara-saudaraku. Dan ajaibnya, totalnya 58!

Kak Akbar tanggal lahirnya 11, Kak Dede 30, aku sendiri 5, dan Affan 12. Jika ditotalkan maka akan mendapatkan hasil 58! Sungguh luar biasa, bukan! Mungkin karena itu Abah memberi nomor rumah kami seperti itu dan ditambah dengan "A" dibelakangnya.

Tapi setelah aku tanya Abah, Abah tidak berpikir sampai sejauh itu. Nomor rumah kami yang 58 itu memang mengikuti urutan nomor rumah sesuai dengan tetangga. Sebuah kebetulan yang sangat menakjubkan bukan!

Didaerah rumah kami yang sekarang, di daerah Samarinda, nomor rumah sangat tidak beraturan, sehingga nomor rumah yang seharusnya berapa pun tidak dapat diketahui dengan pasti.  Didepan rumah kami itu nomor 46, disamping ada yang nomor 1, 2,  pokoknya membingungkan dan tidak berurut. Oleh karena itu, tanpa berkompromi Abah langsung saja menempel tulisan nomor rumah kami dengan angka 58A, sangat besar tulisannya, mungkin dari satu gang ini yang paling jelas nomor rumahnya adalah nomor rumah kami.

Dan hari ini, aku menemukan sebuah fakta baru yang membuat perut ku tergelitik. Ada orang yang baru membangun sebuah rumah satu petak didepan rumah kami, dan menomorinya dengan angka 54A. Pffttt, pasti orang itu kecele dengan nomor rumah kami dan ada "A"nya wkwkwk

Happy Eid Mubarak!

21.22

Its already July, but the vibes of is still there!

So after we spent a month fasting, we celebrated the victory day in 25th June~ I really loveeeeee Idul Fitri because disini lah waktunya keluarga dan teman lama saling menjalin silaturahmi. Semua orang saling maaf-memaafkan sehingga kita menjadi suci kembali sebersih kertas putih tanpa coretan sedikitpun :)

Another thing yang pastinya bikin aku senang adalah, BANYAK MAKANAN. Hahahahaha its really enak btw apalagi pas hari pertama di rumah aku pagi-paginya pasti disiapin soto. Dan sotonya itu khas, bukan seperti soto Amado yang sering kita makan. Pokoknya enak banget deh...

*sampe gak tau mau ngomong apalagi*

Doa aku setiap harinya itu, semoga timbangan jadi gak naik aja... Soalnya selama puasa aku turun 5 kg dan sayang banget kalo naik lagi hiks T_T kan 2017 resolution udah tercapai 

First Day

Pagi-pagi, dengan sangat tidak biasanya, sehabis sholat subuh bisa makan wkwkwk ngikutin sunnah dong ini ya, happy sekali permisah, terus yang dimakan itu soto. Dan a good thing is; aku bisa sholat ied lagi tahun ini. YEAY! Dulu pernah sampe 3 tahun berturut-turut gak bisa sholat ied, sedih banget, padahal Hari Raya nya itu kan kerasa ya pas sholat ituuu, banyak banget manusia yang ampar sejadah di lapangan terbuka terus pagi-pagi udaranya enak banget Ugh pokoknya seneng banget deh kalo udah sholat ied itu.

Pulang dari sholat, minta maaf ke Mama dan Abah terlebih dahulu. Banyak dosa soalnya... 



Habis itu foto-foto dong,

Mohon maaf lahir dan batin

Abah & Mama
Us with Mama, abah tidak berhak iri because abah main komputer okay.




Mama with her favorite Qur'an all the time
Jadi kalo hari pertama itu tuh, banyak keluarga yang berdatangan. Alhamdulillah tahun ini Kak Juju sama Mama Ijah gak balik ke sulawesi, sehingga rumah aku jadi titik kumpul keluarga huhuhu senang banget.

Forever pose on Idul Fitri day

Ini aku gak tau tiba-tiba pas cek kamera kok ada aja foto ini... Lihatlah kerjaan kurcaci dari Tenggarong ini
Kalo gak salah ini namanya sayur lodeh yang dibawa Mama Ijah dari Tenggarong, pedes enak

Oh iya, tiap mau Hari Raya itu aku sama Mama pasti persiapan beli kue, permen, susu pokoknya buat anak-anak kecil yang datang :3 Anak-anak pastinya makmur dehh :3


Habis makan, berkunjung ke tempat keluarga. Foto ini cuma salah satunya~ With keluarga sungai keledang.

Second Day

Hari ini special di khususkan we're staying in rumah untuk menyambut tamu. And whats make me happy? Lots of kids!

Ini keponaannya kak Ria
Lucu banget masa dotnya itu tuh kayak rantai :"))))))

Kalo ini cucunya Mama Okta

Nama panggilannya Eja loh wkwkwk ini cewek padahal, tapi mirip banget sama Kak Romi


Eventhough i actually don't have real sister, i feel like having a sister because of her~ and she's coming to my house! Padahal pengen rasain kak Nazla kue greentea tapi ternyata yang aku sodorin itu....bukan kue greentea. Baru sadar ya Allah, ya warnanya sama2 hijau sih :") 
With miss Nurul. Yang sampe sekarang masih aku panggil Miss :") wkwkwk kebiasaan sewaktu SD yang tak bisa dirubah

NextNext Day~

Jadi setelah bertahun-tahun lamanya, berjumpa kembali bersama Kak Tari dan Kak Wulan. Hiks T_____T gak nyangka pas ketemu loh ternyata aku sudah lebih tinggi daripada mereka???!!! Terakhir ketemu itu pas SD dan masih di Tenggarong. Sering banget dulu main-main, terus sekarang Kak Wulan udah mau nikah tahun depan!


Waktu cepat sekali berlalu yah..

So that's it! My Idul Fitri dayy~ banyak yang gak kefoto dan gak aku masukin fotonya disini but i'm happy to meet them again :) Semoga masih bisa bertemu di Ramadhan selanjutnya, dan kepada bulan Ramadhan... please let me meet you again next year :") Suka ngeri kalo mikirin bisa aja ini jadi bulan Ramadhan terakhir yang aku jalani bcs umur kan gak ada yang tau. Bisa aja kita mati muda kalo emang udah garisnya seperti itu... but Allah knows more than me, so what i can do is only pray, oh ya Allah give me more time to do good things so i can deserve you heaven in afterlife... and please let me meet Ramadhan again next year...

Aamiin ya rabbal alamin...

Book

05.26

(Lets get everything in the place first, in here we're going to talk about romance novels)

I cannot read any high school stories anymore.

There's a lot of novels in Gramedia that i found related to high school stories, well, most of them exactly. 

I've bought some novels about it, i've already read it for 20 pages and then... i stopped.

It's just... ketika membaca, maka logikamu akan bermain kan? Dan logika ku mengatakan, untuk apa sih anak SMA having that romance thingy in their life kalau tau itu gak akan bertahan lama?

When people reads, they're not only going to enjoy the story, but they also expect something. Lalu apa ekspektasimu terhadap anak SMA? They will get married and happily ever after gitu? Well sorry darl, you will face dunia perkuliahan dan dunia pekerjaan which is gak segampang itu untuk mempertahankan sebuah hubungan. 

Rasanya aneh ketika kamu membaca cerita namun kamu sudah tau akhirnya akan bagaimana.

Well, boleh dikatakan memang aku terlambat karna baru membaca romance novels ketika duduk dibangku perkuliahan, dibanding teman-temanku yang sudah membaca novel-novel teenlit semenjak SMP. Dulunya aku gak suka baca novel-novel remaja, paling novel KKPK aja yang aku baca, ya yang lain gak berfaedah aja menurutku, lebih suka baca ensiklopedia dibanding novel (ini serius sumpah). 

Now, talking about novels, I rather read romance stories in 'work-life.' Dia kerja sebagai reporter, editor di suatu majalah, dokter, pegawai bank, di perusahaan asuransi, pengacara, artis, pokoknya yang akan menambah pengetahuanku tentang kehidupan profesi lain. (Hal itu juga berlaku ketika aku memilih drama korea untuk ditonton). Intinya, kalo membaca itu harus ada ilmu baru yang didapat. Kalo cerita romance chessy yang ketemu di sebuah kafe terus karakter ini pekerjaannya tidak jelas, atau cerita anak SMA yang tukang gaduh di kelas suka sama si X, apa yang kamu dapat?

Like seriously, did you really waste your time reading more than hundred pages just to get nothing?

Its just exactly the same with high school stories.

Escape

06.57

Aku gak tau persis mulai sejak kapan aku selalu membanggakan kota ini. Sejak aku tinggal disana selama 14 tahun dan menghabiskan kehidupan masa kecilku, atau semenjak aku pindah ke Samarinda dan mulai membanding-bandingkannya dengan kota Tenggarong.

Tenggarong selalu menjadi escape plan terbaikku ketika mulai lelah. Lelah yang dimaksud disini bukan lelah secara fisik -karna lebih baik aku tidur daripada melalang buana- tapi lelah menghadapi semua tumpukan buku atau berbagai kerumitan pikiran.

Sayangnya, pergi ke Tenggarong itu bagiku tidak semudah pergi dari rumah ke lembus, atau rumah ke big mall, aku gak pernah dibolehin nyetir sendiri ke Tenggarong. Pernah beberapa kali, itupun harus ada Abah disampingku. Padahal, udah berapa tahun aku nyetir tapi kalo ke Tenggarong harus disopirin sama om ku, atau paling tidak, kakak ku.

Jadilah, ketika kakak keduaku pulang dari tempatnya mengenyam pendidikan di Jakarta, adalah sebuah kebahagiaan bagiku karna itu pertanda satu hal; pergi ke Tenggarong :)

Dan akhirnya, kemarin tepatnya hari Sabtu, aku, Mama, dan Kak Dede pergi ke kota itu. Aku bersorak gembira, karna semenjak kedatangan Kak Dede aku menyuarakan ingin makan bakso GLG. Iya, itu bakso terenak se-Tenggarong, atau katakan aku berlebihan, tapi itu yang terenak se-Kalimantan Timur. Mie dan baksonya memang bener-bener buatan sendiri, jadi wah, luar biasa. 

Tempatnya sederhana, tidak seluas yang kalian bayangkan untuk ukuran bakso enak. Tulisan nama GLGnya saja tidak terlalu terlihat, dan bahkan gak ada spanduk bertuliskan "BAKSO TERENAK SE TENGGARONG" didepannya. Memangnya tempat makan yang gembar-gembor menuliskan kata tersebut didepannya bener-bener enak? Aku berani bertaruh, biasa saja. Justru yang tak terlalu bersuara itulah.

Gak heran dari kakak pertama sampai adikku sangat suka, bakso ini sudah ada semenjak kakak pertamaku lahir. Mama ku bercerita bahwa dulu sekitar tahun 90an, dia suka membeli bakso disini sambil bersepeda membawa kakak ku di keranjang depannya. Selama itu kehadiran bakso GLG di Tenggarong. Jangan heran penduduknya sangat cinta. Aku yang dari Samarinda rela mengunjungi Tenggarong hanya demi menikmati bakso ini panas-panas, kak Dede minta dibungkusin ketika Mama akan berkunjung ke Jakarta -yang berakhir sampai di Jakarta dalam kondisi basi, dan kakakku hanya bisa meneguk liur-, dan berbagai cerita lainnya.



Setiap kesini, aku selalu memesan dua mangkuk. Karna jarang ke Tenggarong makanya harus dipuas-puasin, alasan klise hahaha. Mama selalu menjadi yang paling cerewet ketika diakhir aku mengumpulkan pentolan bakso untuk aku potong kecil-kecil dan mencampurnya dengan sambel beserta kecap, aku suka pedas, namun Mama tidak suka melihat aku sakit perut. Tenang Ma, untuk itulah obat Sanmitidin diciptakan.

Pasangan bakso ku pastinya adalah teh panas. Pas untuk melegakan tenggorokan apalagi kalau sedang tidak enak badan. Untuk apa makan bakso panas-panas kalau minumnya es teh? Makan yang panas, lalu minum yang dingin. Gak tercapai tujuan makan bakso itu, maunya cari kehangatan malah tenggorokan dan perut terpapar yang dingin kembali, belum lagi gigi yang jadi bertengkar atas perubahan suhu berkali-kali. Lagian, untuk seorang penyuka pedas sepertiku, lebih cepat hilang rasa pedasnya dengan minum yang hangat ketimbang dingin.

Setelah perut sudah terisi penuh, kami pergi ke rumah keluarga. Tau satu hal yang membuat otak menjadi terefresh? Bertemu dengan anak-anak. Sepupu ku Fia dan Faris, mereka masih balita dan sedang lucu-lucunya. Melihat mereka yang berteriak kegirangan menyambutku dan menunjukan kemampuan-kemampuan barunya, seperti menulis, menggambar, bernyanyi, hapalan al-quran, adalah penghilang bebanku. Ada-ada saja tingkah mereka yang berhasil membuatku gemas.

Lain hal dengan Adya dan Adit, mereka kini beranjak remaja. Tetapi tetap saja mendengarkan cerita Tante Ijah sambil makan pencok mangga mengenai mereka yang hobi membuat slime dan membuat kue, lalu menjualnya ke teman-teman di sekolah adalah hal yang berhasil membuatku tertawa. Bayangkan, anak sekecil itu udah pinter aja berbisnis wkwkwk lumayan jadinya Adit gak pernah dikasih uang jajan lagi karna dia berhasil mendapatkan keuntungan yang melebihi uang jajannya sendiri.

Aslinya, rumah Tante Ijah ini sedang ramai dengan peserta MTQ dari Kukar yang sedang latihan. Dari sini sambil makan pencok, aku dapat mendengar lantunan ayat suci al-Quran yang sangat sangat sangat merdu.



Selepas isha, kami pergi ke tempat terang bulan langgananku. Sebuah kewajiban membeli terang bulan disini ketika ke Tenggarong. Bulenya hapal benar dengan mukaku, jadinya kemarin saat baru saja memesan, sang bule berceletuk, "Lamanya mbak gak kesini." Aku yang mendengar tersenyum, tempat ini memang selalu kudatangi hampir setiap malamnya ketika masih tinggal di Tenggarong. Aku, Affan, dan Abah yang menyopir suka jalan malam-malam hanya untuk membeli terang bulan dan membeli kaset PS2 Affan. Selain itu, keuntungan yang juga sama bagi Abah bahwa di samping belakang rombong ini adalah toko yang lengkapnya melebihi toko perlengkapan.

Awalnya, kami dikagetkan dengan jalan di daerah tersebut ditutup, sehingga kami harus memarkirkan mobil di tempat lain dan berjalan kaki. Entah sejak kapan, namun sekarang banyak food truck yang berjualan di sepanjang jalan itu, penuturan bule, food truck tersebut hanya ada saat malam minggu dan rata-rata mereka semua berasal dari Samarinda. Tau hal yang membuat ku tertawa selanjutnya? Para karyawan food truck itu ternyata membeli terang bulan ini selepas mereka tutup.

Kalau kalian tau martabak manis Holland (disini orang-orang menyebutnya terang bulan) yang harganya sangat fantastis itu, yang kalau memesan ditanya, "Mau yang spesial atau yang biasa mba?" Ya Allah, apa bedanya spesial dan biasa? Menteganya? Saat kumakan rasanya sama saja. Tepung atau dasarnya juga sangat tebal, yang bikin enek dan makan itu cuman 2 potong langsung kenyang.

Disini terang bulannya pas, tebalnya sedang, kejunya meleleh sempurna berkombinasi dengan susu kental yang belum ketemukan tandingannya di Samarinda. Padahal kejunya sama saja dengan terang bulan Holland yang dibangga-banggakan itu, tapi mengapa disini lebih enak ya?




Selesai dengan urusan perut, kami melanjutkan perjalanan menuju masjid al-hijrah yang ada di Tenggarong Seberang. Rencananya hanya ingin menyerahkan sumbangan teh kotak, namun berakhir bertemu bu Asniah, teman Mama yang juga guru Kak Dede sewaktu SD, dan bersilaturahmi ke rumahnya. Jadilah, hingga jam sepuluh malam kami mendengar cerita bu Asniah mengenai perjuangannya sebagai Kepala Sekolah membangun SD yang berada di atas bukit biru hingga terfasilitasi dengan baik seperti sekarang. Yang aku kagumi dari bu Asniah ini, bahwa meskipun umurnya telah menginjak 60an tahun, tidak pernah lelah menimba ilmu dan aktif di organisasi. Hobinya membaca buku, sekarang pun sering mencari informasi melalui internet, bahkan ibu ini ingin melanjutkan pendidikannya di jenjang S2. Salut. Di usia yang kebanyakan orang hanya duduk manis dirumah, ibu Asniah juga menjadi pengurus Penggerak Kesejahteraan Keluarga dan kesana-kemari mengurus pengajian.

Bersama ibu Asniah dan Zia, cucunya.



Banyak hal yang kulepas dan kudapat setelah kunjunganku ke Tenggarong kemarin. Pikiran berkelut setelah ujian yang kulepas. Ilmu dan banyak kebaikan yang kudapat. Aku percaya, semua perjalanan itu memiliki makna, seperti halnya kepergianku ke Tenggarong yang hanya bertujuan untuk makan bakso. Mendengar cerita keluarga, melihat peserta MTQ, bertemu bu Asniah, adalah bonus yang membuat ku merasa bermanfaat lebih dari sekedar mengisi perut.

Tenggarong, kota ini kembali berhasil membuatku merasa lahir kembali.

Be Careful

05.10


Here we come to talk something i've never want to talk about.

You are tsunami. And what can happened to someone that ever faced to tsunami? They're afraid.

Own

04.59

Kepemilikan itu bukan hanya untuk barang, orang, kekayaan, atau sesuatu yang dapat kita lihat.
Kepemilikan itu memiliki artian yang kompleks.

Dan kadang.
Dalam hidup ini ada yang tak bisa kita miliki.
Bahkan sejauh apapun usaha seseorang.
Seberapapun kuat dan besarnya kesempatan bagi dia untuk memiliki hal tersebut.
Jika memang bukan saatnya, maka jawabannya tetaplah tidak.

Lalu aku disini, memandang dari jauh.
Terbesit rasa, mengapa dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan?
Kurang apa usaha ku? Kurang apa tenaga yang kuberikan untuk mendapatkan itu?
Disaat seperti ini, Mama adalah orang yang pasti mengingatkanku bahwa aku seperti orang yang tidak percaya adanya Tuhan.

Bukan saatnya, 
Tapi nanti. 

Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. 
(2: 216)

This Town

02.27


This Town - Niall Horan


Awalnya kamu benci dengan kota ini.

Tidak ada embun pagi hari disini, panasnya sangat terik saat siang hari, dan malamnya tak ada bintang yang terlihat.

Kamu selalu membandingkan dengan kota tempat kamu tinggal sebelumnya.

Tapi sebuah kota akan memiliki makna setelah ditinggalkan, bukan?

Maka tinggalkan lah.

Dan suatu hari, kamu akan merindukannya.

Kamu akan merindukan setiap sudut kota ini.

Kamu akan merindukan saat angka-angka dihadapanmu berubah menjadi hijau di perempatan lembuswana,

Kamu akan merindukan waktu pagi untuk memilih makanan di festival GOR Sempaja setiap hari minggu,

Kepusinganmu menimbang-nimbang mana jalan yang aman saat banjir merendam kota ini,

Jazz merah yang berada di depan BlackBird, karna saking seringnya mobil tersebut disitu, dan sampai sekarang kamu tak tahu pemiliknya siapa.

Atau setiap kamu mengalihkan jalan ke Gelatik untuk melihat hamparan rumput hijau dan langit yang terpampang dengan jelas, yang merupakan stress reliever mu.

Atau setiap kilometer yang kamu tempuhi setiap kepalamu penat sepulang kuliah, menjalankan mobil tanpa tujuan yang jelas bahkan sampai ke Tepian

Atau setiap kamu telah merasa tidak enak badan, lalu sore itu kamu habiskan dengan melahap satu mangkuk bakso Awang Long

Atau setiap kamu ingin menangkan diri sendiri dengan yang manis lalu kamu dengan sabar menunggu pesanan di pisang gapit Voorvo

Atau setiap keluhanmu dengan polisi tidur di jalan-jalan kampus yang membuatmu harus mengerem dengan pelan

Atau setiap jalan yang kamu lewati dan mengingatkanmu akan seseorang, hal yang kamu benci selamanya

Atau setiap malam yang kamu gunakan untuk menonton bioskop karna ada film bagus hari itu, lalu menimbang-nimbang, apakah di SCP atau Bigmall, dan berakhir di SCP karna Bigmall terlalu jauh.

Atau setiap kebimbanganmu akan bubble yang mana hari ini yang ingin kamu beli

Kamu akan merindukannya..