Bertemu UAN (Lagi)

07.40

3 tahun lalu, aku belajar keras bersama Mama untuk menghadapi UASBN SD. Mama memberi buku yang sudah distabilo untuk dibaca, soal di kertas, dan menyuruhku mengisi soal dibuku. Khususnya untuk pelajaran IPA. Mama hanya fokus kepada pelajaran IPA karena untuk matematika aku sudah les dengan Pak Edi, sedangkan Bahasa Indonesia aku pasti bisa (aku kan orang Indonesia).
Setiap hari ketemui rangkuman IPA yang tertempel di mading rumah, pintu kamar & toilet, bahkan ketika aku berkaca saja tidak bisa karena kaca telah ditutupi oleh rangkuman IPA.
Mama memaksaku untuk belajar supaya mengerti, bukan belajar supaya hafal atau jadi juara kelas.
Cara itu sangat efektif, aku mengerjakan soal UASBN dengan mudah, bahkan ada soal UASBN yang sama persis dengan soal dibuku yang Mama suruh isi.
Aku sangat bersyukur mempunyai Mama yang hebat.
Setelah UASBN telah usai, aku merasa bebas. Tak ada lagi berkutik dengan buku-buku pelajaran dan bimbel dari sekolah yang menyita waktu bermainku.
Akhirnya aku bebas.
Saat menginjak bangku SMP, aku melihat kembali buku persiapan UASBN di Gramedia. "Hmmm.. Rasain kalian!" gumamku dalam hati kepada seluruh anak kelas 6 yang saat itu akan menghadapi UASBN. Keadaan mereka pasti sama denganku pada tahun lalu.
Dan itu terjadi lagi ketika aku kelas 2 SMP. Kata itu terucap lagi.
Sekarang, aku yang kelas 3 SMP akan kembali menghadapi Ujian Nasional. 3 tahun terasa begitu cepat. Aku kembali berkutik dengan buku UAN. Mama hanya bisa membantu sedikit karena pelajaran IPA SMP terdapat pelajaran fisika yang sulit untuk dibuat rangkuman.
Kata "rasain" itu terjadi pada diriku. Kelas akhir merupakan kelas yang rawan bagiku. Seluruh les yang tidak ada hubungannya dengan UAN sudah diberhentikan. Waktunya untuk fokus.
‎​بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
Aku akan memulai perjuangan ini kembali

You Might Also Like

0 feedbacks ★